Inilah Syarat-syarat Wajibnya Puasa Ramadan yang Perlu Diilmui oleh Setiap Muslim
TangerangEkspres.co.id - Puasa Ramadan memiliki syarat-syarat wajib. Apabila syarat-syarat wajib ini tak dipenuhi oleh orang yang menjalankan Puasa Ramadan maka puasanya tidak sah. Ada enam syarat yang wajib dipenuhi oleh setiap orang yang hendak menjalankan Puasa Ramadan seperti dikutip dari buku "Fikih Muyassar" yang diterbitkan oleh Penerbit Attuqa Yogyakarta pada 2020. Keenam syarat wajib tersebut sebagai berikut: 1. Islam Puasa tidak wajib untuk orang kafir dan tidak sah jika dia melakukannya. Hal itu dikarenakan puasa adalah ibadah. Sementara ibadah tidak sah bila dilakukan orang kafir. Apabila dia masuk Islam, tidak dituntut untuk mengganti puasa yang telah terlewatkan. 2. Bagig Puasa tidak wajib atas anak kecil yang belum mencapai usia pembebanan syariat. Ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang artinya, "Pena pencatat amalan diangkat dari tiga golongan". (H.R. Ahmad 6/100 dan Abu Dawud no. 558, dinyatakan sahih oleh al-Albani) Dari tiga golongan tersebut, disebutkan salah satunya ialah anak kecil hingga dia mimpi basah. Namun puasa tetap sah bila dilakukan anak yang belum balig jika dia telah mumayiz. Ciri anak telah mumayiz antara lain sudah mampu memahami pembicaraan. Oleh karena itu, sepantasnya wali si anak memerintahkan anak itu berpuasa supaya dia terbiasa dengannya dan menyenanginya. 3. Berakal Puasa tidak wajib atas orang gila. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang artinya, "Pena pencatat amalan diangkat dari tiga golongan." Di antaranya disebutkan dari tiga golongan itu adalah orang gila hingga dia sadar. 4. Sehat Orang yang sakit dan tidak mampu berpuasa tidak diwajibkan berpuasa. Akan tetapi bila dia berpuasa, puasanya tetap sah. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya, "Barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain." (Q.S. al-Baqarah: 185) Jika dia telah sembuh, wajib mengganti hari yang dia berbuka padanya. 5. Bermukim Puasa tidak wajib atas musafir (orang yang sedang perjalanan). Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya, "Barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain." (Q.S. al-Baqarah: 185) Namun jika musafir tetap berpuasa, puasanya sah. Musafir yang tidak berpuasa (berbuka), wajib mengganti puasa yang dia tinggalkan pada saat bepergian tersebut di hari lain. 6. Tidak sedang haid atau nifas (khusus untuk perempuan) Puasa tidak wajib atas wanita yang mengalami haid atau nifas. Bahkan jika wanita dalam kondisi itu berpuasa maka haram hukumnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang artinya, "Bukankah jika ia mengalami haid, tidak bersalat dan tidak berpuasa? Itu kekurangan agamanya." (H.R. Bukhari no. 304) Wanita itu wajib mengganti puasanya. Hal ini berdasarkan pernyataan sahabat Aisyah radhiallahu anha yang artinya, "Dahulu hal itu (haid) juga menimpa kami, lalu kami diperintah untuk mengganti puasa dan tidak diperintah untuk mengganti salat." (H.R. Bukhari no. 335) (*) Editor: Sutanto Ibnu Omo
Sumber: