BRI Jelaskan Soal Penarikan Mesin EDC

BRI Jelaskan Soal Penarikan Mesin EDC

SEPATAN – Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang Tangerang Merdeka, membenarkan menarik mesin Electronic Data Capture (EDC) dari agen BRILink Sukriyah, di Desa Kayu Agung, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Mesin EDC menjadi salah satu alat untuk transaksi bagi warga, mereka yang terdaftar dalam progam Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dapat menggunakan mesin tersebut untuk bertransaksi. Warga tersebut diberikan bantuan dari pemerintah, melalui Kemensos berupa kartu yang berisi saldo uang. Namun, tidak bisa dicairkan menjadi uang tunai. Hanya bisa dibelanjakan bahan pangan di warung-warung agen BRILink dengan cara menggesek kartu tersebut di mesin EDC. Petugas Agen BRILink (PAB) BRI Kantor Cabang Tangerang Merdeka Bagus Ganang S mengatakan, alasannya menarik mesin EDC dari agen BRILink Sukriyah, pertama karena Sukriyah tidak memenuhi target transaksi finansial dalam menggunakan mesin EDC, diantaranya transaksi token listrik, pulsa dan transfer pembayaran-pembayaran lain. "BRI meminjamkan mesin EDC secara gratis kepada agen Sukriyah, tapi tidak ada timbal balik yang maksimal untuk kami dari Sukriyah," kata Bagus, kepada Tangerang Ekspres, Rabu (16/9). Bagus menambahkan, ia melihat ada oknum yang memegang tumpukan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) serupa kartu ATM yang dimiliki warga yang terdaftar BPNT. "Padahal, KKS atau kartu ATM harus dipegang langsung oleh warga yang terdaftar BPNT," ucapnya. Di tempat yang sama, Ketua Paguyuban Agen BRILink Arif Karnaedi menambahkan, Sukriyah menerima upah gesek dari oknum yang mengolektifkan KKS. "Namanya ada tenaga dan waktu untuk mengumpulkan KKS, kami khawatir upah gesek itu mengurangi jumlah bahan pangan yang diterima warga yang terdaftar BPNT," ujarnya. Selanjutnya, Sukriyah juga melayani warga yang terdaftar BPNT di luar Desa Kayu Agung, Kecamatan Sepatan. Bahkan, Sukriyah melayani KPM bukan di warung miliknya. Jadi mesin EDC dibawa ke luar desa. "Terkait temuan itu, sebelum mesin EDC ditarik Pak Bagus, sudah saya nasehati Sukriyah agar tidak melakukan hal-hal tersebut. Tapi nasihat saya tidak didengarkan," tutur Arif. Terkahir kata Arif, Sukriyah melayani warga yang terdaftar program BPNT, belanja sebelum saldo masuk ke KKS. "Kalau bahasa kami, curi start," kata Arif. Ia menjelaskan, curi start penyaluran bahan pangan dapat memicu kecemburuan kepada penerima BPNT yang belanja bahan pangan di luar agen Sukriyah. Di tempat terpisah, Sukriyah membenarkan ada upah gesek dari orang yang mengumpulkan KKS. Tapi, upah gesek itu tidak mengurangi jumlah dan kualitas bahan pangan yang diterima warga yang terdaftar program BPNT. "Upah gesek diambil dari keuntungan suplai atau menjual bahan pangan,. Bahkan praktik ini bukan hanya saya saja yang melakukan," ujarnya, saat dikonfirmasi Tangerang Ekspres. Soal target transaksi di luar transaksi BPNT, ia mengakui BRI tidak mendapatkan keuntungan dari transaksi bahan pangan program BPNT. Maka BRI menarget agen BRILink dapat memperbanyak transaksi finansial dari mesin EDC yang dipinjamkan kepadanya. "Soal ini, tetap saya upayakan, bahkan saat saya keliling jualan ke pemukiman. Saya sering nawar-nawarin warga beli pulsa HP, token listrik dan lain-lain, agar beli ke saya. Sebab saya bawa mesin EDC sambil keliling dagang," tuturnya, sambil merasa aneh karena menurutnya masih ada agen BRILink yang nilai transaksi di luar BPNT di bawah dirinya, tapi tidak ditarik mesin EDC-nya. Kemudian soal melayani warga terdaftar BPNT di luar desa, ia mengatakan, bisa saja dirinya meminta warga belanja bahan pangan program BPNT ke warungnya. Tapi ia merasa kasihan ke warga dengan alasan jarak. Meskipun, ada saja warga yang sudah inisiatif belanja langsung ke warungnya dalam program BPNT. Terakhir, lanjutnya, soal melayani transaksi warga yang terdaftar BPNT sebelum saldo masuk ke KKS, menurutnya, ini agar mempermudah pelayanannya. "Sebab, kalau barang disalurkan dulu ke warga. Setelah itu, saldo baru masuk baru dilakukan penggesekan. Itu lebih nyaman dan “engga riweh” (ribet) . Kalaupun ada warga yang saldonya masih kosong saja, itu jadi resiko kami," ujarnya. (zky/din)

Sumber: