Calon Wakil Walikota Tangsel Rahayu Saraswati ke Tangerang Ekspres

Calon Wakil Walikota Tangsel Rahayu Saraswati ke Tangerang Ekspres

TANGERANG - Atmosfir politik di pilkada Kota Tangsel kian meriah. Setelah, tiga kubu pasangan calon muncul ke permukaan. Terlebih, ketiganya punya cantolan basis yang cukup kuat. Salah satunya, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai bakal calon wakil walikota yang akan disandingkan dengan Sekda Tangsel, Muhamad. Dari keluarga dengan kemapanan ekonomi yang lebih dari cukup, perempuan 34 tahun ini, siap bekerja keras. Sore itu, Sara sapaan akrab Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, bertandang ke Redaksi Tangerang Ekspres, Senin (3/8). Ia datang dengan dua srikandi yang mendampinginya. Kedatangannya, kemarin dilakukan Sara sebagai ajang silaturahmi ke sejumlah kantor redaksi media yang berbasis di Tangerang. Kehadiran keponakan dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, itu, disambut pimpinan Tangerang Ekspres. Mulai dari General Manager, hingga para manajer dan sejumlah redaktur. Tak seperti kunjungan politisi kebanyakan, pertemuan kemarin, berjalan mengalir dan santai. Hingga, obrolan pun spesifik ke jalan politik yang dipilih Saras. "Saya ke politik di mulai 2013. Dan, pada 2014 saya menjadi anggota legislatif sampai 2019," kata perempuan yang mengenyam pendidikan S1 di Amerika dan Inggris ini. Selama di DPR, banyak pengalaman yang didapat. Apalagi, kata Sara, saat duduk sebagai wakil rakyat, banyak pembahasaan undang-undang yang banyak menyita perhatian dan otak. Tak heran, ketika tak lagi di bangku legislatif, ada rasa lega karena bisa banyak memberikan waktu untuk anak dan keluarganya. "Apalagi, pas pandemi kemarin, saya meminta untuk stay home. Jadi, mendapatkan banyak waktu untuk keluarga. Bahkan, anak saya yang satu sampai heran, mamahnya yang biasa jarang di rumah sekarang di rumah terus," kata ibu dua anak ini. Namun, kata perempuan yang lahir 27 Januari 1986 ini, 'waktu peristirahatannya' dari panggung politik ternyata tak bertahan lama. Setelah, ada sejumlah kader partai Gerindra Tangsel yang mengusulkannya untuk maju di Pilkada Kota Tangsel. Mendapat tawaran itu, Sara tak langsung menerima. Ia harus terlebih dahulu meminta restu dari orang tuanya. "Pertama saya katakan butuh waktu. Karena, saya hamil dan melahirkan dua kali, saat masih menjadi anggota DPR. Itu sudah cukup berat. Kedua saya harus meminta restu dari orang tua saya. Bukan saja pak Prabowo sebagai Ketum Partai, tetapi ayah dan orang yang dituakan di keluarga," paparnya. Kemudian, Sara pun meminta agar pengurus partai bersabar menanti keputusannya. Apakah menerima pinangan partai untuk maju sebagai calon, atau tidak. Pada saat itu, kata perempuan yang juga aktivis perempuan ini, ia harus memastikan bahwa orang tua, khususnya ayahnya memberikan restu. "Saya katakan, syarat saya cukup satu, yang penting sesepuh saya memberi restu. Bukan hanya pak Prabowo, sebagai ketua partai. Tapi, beliau yang dituakan di keluarga saya," jelasnya lagi. Namun, rupanya, restu sang ayah tak bisa dengan mudah Sara dapat. Sebab, saat ia membahas pinangan partai itu, sang ayah sempat menyangsikan langkah politik yang akan diambil anaknya. Menurut Sara, hal itu cukup wajar. Terlebih ketika itu ia lagi fokus untuk mengembangkan perusahaan keluarga di bidang bahari. "Dalam pergumulan pikiran itu, saya bicara kepada ayah saya. Tapi, ayah saya sempat menyangsikan. Ini wajar karena biasanya, posisi wakil tidak mendapatkan banyak kewenangan. Atau, perannya kecil," katanya. Namun, setelah ia jelaskan sang ayah pun akhirnya memberikan restu untuk maju di Pilkada Tangsel. "Kata saya, posisi serendah apa pun, sekecil apa pun, asal dijalankan dengan baik, akan memberikan manfaat bagi orang banyak. Makanya, doa saya hanya satu. Tuhan, kalau ini bukan jalannya tutup. Akhirnya, ayah saya setuju. Apalagi, beliau tahu kalau saya orangnya tidak bisa diam. Ayah saya tahu, saya selalu bisa eksyen," jelasnya. Selain itu, keteguhan Sara untuk menceburkan diri dalam perhelatan pilkada Tangsel karena memandang Kota Tangsel sebagai daerah yang unik dan menyimpan banyak potensi. Ia menilai, Tangsel adalah Jakarta Mini. Kota satelit yang cukup menarik dan memberikan tantangan lebih bagi setiap orang untuk menjadikannya lebih maju. "Kalau bicara Tangsel memang kecil. Bicara hal lain, saya juga nyari apa di Tangsel? Kalau mencari posisi, rasanya banyak posisi lain yang bisa saya tempati. Namun, karena saya melihat Tangsel ini menarik maka saya pun mau maju," jelasnya. Salah satu hal menarik yang memantiknya untuk terjun ke Tangsel adalah, adanya sekat antara kalangan maju dengan warga biasa. Ada yang sangat maju sekali, namun ada yang juga sangat tradisional. "Saya tertarik agar bagaimana ini jaraknya tidak terlalu jomplang. Sekarang orang tahunya Tangsel itu, BSD, Alam Sutera, Bintaro padahal di situ ada banyak hal lain," paparnya. Kemudian, hal kedua adalah yang selama ini menjadi perhatiannya. Yakni, tentang perempuan dan anak. Menurut Sara, kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak masih cukup tinggi. Ini tentu saja memerlukan kebijakan dari pimpinan daerah yang bagus sehingga bisa menguranginya. "Kasus kekerasan anak masih tinggi, stunting juga masih tinggi. Dua hal itu yang pasti saya dalami," ujar mantan juru bicara Tim Pasangan Capres Nomor Urut 2 dalam Pilpres 2019 lalu ini. Secara ekonomi, kemampuan finansial Sara lebih dari cukup. Namun, Sara tidak mau mencari 'aman'. Dia ingin berkarya dan memberikan manfaat bagi banyak orang, terutama warga Kota Tangsel. "Kalau sekadar mau cari aman, saya lebih memilih hidup di London. Tapi, saya tidak mau seperti itu. Saya ingin berkarya dan bermanfaat untuk orang banyak," ungkap perempuan ramah ini. (*)

Sumber: