Pemdes Inisiatif Alihkan Penerima Bansos

Pemdes Inisiatif Alihkan Penerima Bansos

SEPATAN -- Hingga kini, pengalihan penerima Bantuan Sosial Tunai (BST) dari Kemensos masih menjadi tema perbincangan hangat di Desa Kayu Agung, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Basrudin, kepala desa setempat, membenarkan adanya pengalihan penerima bantuan sosial (Bansos) dampak Covid-19 ini. "BST kami alihkan penerimanya berdasarkan hasil musyawarah pemerintah desa, ketua rt, ketua rw dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), sebelum pencairan tahap pertama BST itu. Bahkan ada berita acaranya," jelasnya, kepada Tangerang Ekspres, Rabu (15/7). Pria yang menjabat kepala desa sejak 2019 ini menuturkan, awal hanya menerima data BST Kemensos dengan format nama dan NIK saja. "Tidak ada alamat. Jadi kami tidak mengenali nama-nama penerima BST," tambahnya. Dengan begitu, pihaknya berinisiatif mengalihkan penerima BST Kemensos kepada masyarakat yang layak menerima bansos tersebut. "Walaupun pada praktiknya, kesini-sininya saya terima informasi ada ketua RT yang memasukan nama istri mereka," ungkap Basrudin, seraya menyebutkan tidak mempersoalkan hal itu selagi RT juga layak sebagai penerima karena kondisi ekonomi mereka. Basrudin menyebutkan, sudah mengingatkan kepada masyarakat penerima BST Kemensos hasil pengalihan, bila nanti ada yang terdaftar sebagai penerima bansos yang bersumber dari anggaran yang lain, agar bersedia mengalihkan bansos kepada warga yang lain. "Sebab bansos disini belum turun bansos dampak Covid-19 dari anggarab pemerintah provinsi (Pemprov) dan pemerintah daerah (Pemda)," ujarnya. Basrudin manambahkan, memastikan bahwa 1.000 KK penerima BST Kemensos menerima uang senilai Rp600 ribu tiap tahap, sebanyak tiga tahap, tanpa ada pemotongan apapun. "Jadi uang itu tersalurkan semuanya," ujarnya, sambil menyebutkan terpenting bansos terdistribusi semua. Sementara itu, salah seorang warga Desa Kayu Agung, Tamrin, penerima bansos mengaku uang yang diterima utuh alias tidak ada potongan. Ia mengaku berterimakasih kepada pemerintah yang telah memberikan bansos kepada dirinya. Tamrin mengaku, uang Rp 600 ribu per bulan bagi dirinya sangat berharga. Apalagi saat Covid-19 seperti saat ini, jualan cilok yang biasa mangkal di sekolah-sekolah tidak bisa berjualan. Mengingat seluruh siswa belum diperbolehkan belajar tatap muka di sekolah. “Jualan di sekolah-sekolah tidak bisa, karena semua sekolah masih tutup. Jualan keliling juga sama sepi pembeli. Akhirnya cilok dagangan saya banyak tidak laku,” terang Tamrin. Namun perkekonomiannya sedikit terbantu mengingat ia menjadi penerima bansos dari pemerintah. Uang bantuan tersebut ia belikan untuk kebutuhan sembako di rumah. “Uang tersebut pasti saya belikan untuk beras dan kebutuhan dapur lainnya. Kalau kebutuhan dapur sudah cukup, maka saya anggap aman untuk memenuhi makan setiap harinya,” tegas Tamrin. (zky/mas)

Sumber: