Tambah Ruang Isolasi, WH Minta Bantuan Pengusaha, Dibutuhkan Anggaran Rp 12 Miliar

Tambah Ruang Isolasi, WH Minta Bantuan Pengusaha, Dibutuhkan Anggaran Rp 12 Miliar

SERANG-Membuat ruang isolasi untuk penyakit menular, biayanya besar. Karena tak hanya membuat ruangan. Tapi, harus dilengkapi dengan peralatan kesehatan. Alat-alat penunjang inilah yang menyedot banyak uang. Untuk menambah ruang isolasi di rumah sakit rujukan penanganan virus corona (covid-19) di Banten dibutuhan dana Rp 12 miliar. Untuk merealisasikan pembangunan tersebut, Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) meminta bantuan pengusaha. Sementara untuk lokasi penambahan ruang isolasi, WH memilih untuk merahasiakannya. Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) mengaku, meski pemerintah membutuhkan dana besar untuk membnagun ruang isolasi, namun tidak bisa menggunakan dana APBD. Ia beralasan, penggunaan alokasi anggaran untuk keperluan di luar yang telah direncanakan pada tahun berjalan hanya bisa digunakan jika ada status darurat bencana. WH memaparkan, agar tetap bisa menambah jumlah ruang isolasi, ia meminta partisipasi dari para pengusaha. Bahkan, ia sudah mengumpulkan para pengusaha untuk menyampaikan maksud dan tujuannya itu pada Selasa (10/3) malam. “Tadi malam saya kumpulkan pengusaha agar membantu untuk membuat ruang isolasi. Karena kita akan bangun lagi ruang isolasi. Jadi pengusaha coba terlibat, nyumbang alatnya, kan mahal itu alatnya. Mungkin pengusaha mau partisipasi, sumbang. Ada enam pengusaha (yang dikumpulkan),” kata WH saat ditemui di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Kota Serang, Rabu (11/3). WH mengaku terus berupaya secara optimal merespons merebaknya Covid-19. Salah satunya dengan menjamin kesiapan fasilitas kesehatan dengan menambah ruang isolasi yang diperkirakan memakan biaya hingga Rp12 miliar. “Mau kita tambahin ruang (isolasi) kita anggarkan Rp12 miliar. Bukan (mengalokasikan) tapi anggaran yang dibutuhkan. Misal di Tangerang merespons antisipasi, (karena) kita khawatir berkembang,” katanya. Meski begitu, mantan Walikota Tangerang itu tak menjelaskan secara rinci berapa ruang isolasi yang akan dibangun. Dia hanya menyebut anggaran itu akan membuat jumlah ruang isolasi menjadi banyak. “Kita akan tambah, ada yang tambah tiga, tambah empat jadi tujuh, banyak,” jelasnya. Soal di mana saja penambahan akan dilakukan, WH juga enggan mengungkapnya. Dia mengaku masih merahasiakannya dan baru akan merilisnya jika alat-alat yang dibutuhkan sudah didapat. “Kita rahasiakan. Kalau sudah datang baru saya kasih tahu,” katanya. WH menegaskan, tak ada maksud lain dalam pertemuan tersebut selain dalam rangka antisipasi dan penanganan Covid-19. “Saya cuma ingin menyentuh dari sisi sosial, tanggung jawab sosial mereka. Respons sih belum (tindak lajut). Kita cuma mengimbau, tidak memaksa,” ujarnya. Di sisi lain, untuk saat ini terdapat tujuh warga Banten yang dalam pengawasan pemprov. Mereka yang dipantau adalah yang baru kembali dari lawatannya ke luar negeri atau umrah. “Aktivitas mobilisasi orang-orang itu kita pantau. Dipantau dan diawasi. Tapi belum ada cukup bukti, indikasi belum ada yang terkena (virus Corona) sampai saat ini,” katanya. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti mengatakan, telah menambah rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 menjadi enam rumah sakit. Keenamnya adalah RS Drajat Prawiranegara, RSUD Cilegon, RSUD Kota Tangerang, RSUD Kabupaten Tangerang, RSUD Banten dan RSUD Balaraja. “Penambahan rumah sakit rujukan, kita bisa mengajukan atau mengusulkan ke Kemenkes (Kementerian Kesehatan),” kata Ati. Sementara, Rumah Sakit dr Drajat Prawiranegara (RSDP) Serang menyatakan satu pasien dengan pengawasan dinyatakan negatif virus Corona. Pasien tersebut sempat diisolasi selama enam hari itu pada, Selasa (10/2) kemarin, sudah diizinkan pulang. Humas RSDP Serang, drg. Khairul Anam mengatakan, berdasarkan hasil penelitian di labaratorium pasien yang baru pulang ibadah umrah tersebut diidentifikasi hanya mengalami sakit paru-paru. “Pasien dengan pengawasan pertama, sudah keluar (hasil) lab (dari) litbangkes Jakarta. Hasilnya negatif,” kata Anam. Hasil pemeriksaan laboratorium keluar kemarin sore. Pasien diperbolehkan pulang dan selanjutnya pasien hanya diminta melakukan kontrol untuk tiga hari ke depan. “Jam enam sore kemarin, hasilnya negatif. Pasien sudah pulang. Selanjutnya pasien kontrol di poli paru,” ujarnya. Sementara itu, pasien kedua dengan pengawasan kondisinya sudah mulai membaik dan terus dipantau perkembangannya setiap waktu. Tim dokter saat ini tinggal fokus menurunkan tekanan darahnya saja. Karena, pasien kedua mengalami kelainan di jantungnya. Anam menyatakan, belum bisa menyimpulkan apakah pasien kedua positif atau tidak dari virus Corona. Sebab, dia masih menunggu hasil laboratorium dari Litbangkes Jakarta. “Kita belum bisa mengarah ke mana, masih menunggu hasil lab dari Jakarta. Keluar (hasilnya) hari Kamis atau Jumat besok,” ujarnya.(tb)

Sumber: