Cegah Perilaku Remaja Nge-BM

Cegah Perilaku Remaja Nge-BM

TIGARAKSA – Perilaku remaja yang mencegat mobil truk atau lebih dikenal istilah nge-BM, telah memakan dua korban jiwa pada tahun lalu. Hal ini diungkapkan, Kapolresta Tangerang, Kombespol Ade Ary Syam Indradi ketika ditanyai Tangerang Ekspres. Kepolisian mengajak semua elemen warga untuk bersama-sama mencegah nge-BM yang sering dilakukan remaja di malam hari. “Sudah ada dua kejadian di Kecamatan Balaraja. Kita berharap kejadian ini tidak terulang kembali,” ujarnya kepada Tangerang Eksrpes, Kamis (16/1). Ia menegaskan, fenomena ini dibahas dalam rapat internal kepolisian dan dilaporkan kepada Bupati Tangerang. Ia meminta peran orangtua untuk menanyakan dan bila perlu mencegah anak-anak mereka yang keluar pada malam hari, tentunya untuk mencegah terjadinya perilaku negatif. “Saya sampaikan bagi tokoh, orangtua atau siapapun yang menemukan ada kegiatan anak-anak kita yang nge-BM. Memberhentikan truk dan mamaksa naik tolong dicegah. Kemudian lapor kepada petugas kami atau langsung kepada saya,” imbaunya. Ade menerangkan, perilaku remja yang mencegat truk dan memaksa naik atau istilah nge-BM dengan kilah kegiatan agama. Padahal hanya ingin jalan-jalan bersama kawan. “Siapapun punya peran. Alasan para remaja ini untuk kegiatan agama, padahal belum tentu. Mereka hanya ingin jalan-jalan dari titik A ke titik B dan sebaliknya. Jadi imbauan saya, siapapun yang melihat perilaku itu hentikan,” tegasnya. Pantuan Tangerang Ekspres, remaja yang menghentikan truk dan memaksa naik terdapat di banyak titik di Jalan Raya Serang-Jakarta. Yakni, di Lampu Merah Gerbang Citra Raya dan Pertigaan Jalan Raya Pemda Kecamatan Tigaraksa. Lalu, di sekitar Exit Toll Bitung dan di Pertigaan Desa Cangkudu, Kecamatan Cisoka. Kemudian, di Pertigaan Exit Toll dan Fly Over Balaraja, serta, Pertigaan Kawasan Industri Olek Balaraja. Senada, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tangerang, Uwes Nawawi mengatakan, remaja yang ng-BM itu bukan santri. Namun, berpenampilan seolah-olah santri pesantren. Padahal, ia menegaskan, di semua pondok pesantren tidak akan memberikan izin kepada santri untuk keluar malam. Terkecuali dijemput oleh kedua orangtuanya ke pondok pesantren. “Sebetulnya yang terlihat sekilas seperti santri akan tetapi disinyalir bukan santri dan belum tentu santri. Sebab, kami yakin di pesantren seperti kami selama 24 jam terkontrol. Kalaupun pulang harus ada izin dan dijemput oleh orangtuanya. Apalagi berkeliaran saat malam hari dan tidak mungkin mereka bisa dapat izin dari pengasuh ponpes,” jelasnya. Karenaya, ia mengimbau kepada seluruh warga untuk sama-sama berperan dalam mencegah perilaku mencegat dan memaksa naik truk. “Jadi hal seperti itu perlu kita antisipasi, jangan sampai mengotori semua. Nanti nama pesantren terkotori karena mereka seolah-olah santri padahal bukan. Di sisi lain, atau kalau mereka santri dan tujuannya baik pasti akan difasilitasai dan dikawal oleh kepolisian seperti yang dikatakan Kapolres,” tutupnya. (mg-10/mas)

Sumber: