Waspada Narkoba di Rokok Elektrik

Waspada Narkoba di Rokok Elektrik

SETU-Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Tangsel mulai menyoroti rokok elektrik yang belakangan ini diganderungi remaja. Asap hasil pembakaran rokok elektrik yang menggunakan cairan itu dinilai rentan disusupi berbagai jenis narkoba yang kemudian diubah bentuknya menjadi cairan. Narkoba yang ditransformasikan menjadi cairan itu sudah ditemukan di sejumlah kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Kepala BNN Kota Tangsel AKBP Heri Isti Hariono mengungkapkan, meski hingga kini penggunaan narkoba lewat rokok elektrik belum ditemukan di Kota Tangsel, namun pihaknya tetap melakukan pengawasan. Menurutnya, demam rokok elektrik yang dikenal dengan istilah viping itu telah menjamur di Tangsel. Hal itu terlihat dari maraknya sejumlah toko yang menjual beragam jenis cairan perasa rokok elektrik dan berbagai perlengkapannya. "Temuan di Tangsel belum ada. Baru ada di Bandung dan Jakarta. Tapi memang cairan rokok elektrik itu sangat rawan. Tak menutup kemungkinan hasil ekstraksi dari ganja dan sabu menjadi cair, tapi hingga kini belum ada. Komunitas rokok elektrik juga sering bereksperimen cairan perasanya," ungkapnya saat sosialisasi pencegahan narkoba di Graha Widya Bhakti Puspiptek, Setu, Rabu (14/6). Ia menambahkan, BNN Kota Tangsel juga kerap berkoordinasi dengan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) soal peredaran cairan rokok elektrik tersebut. Dengan satu klik saja, sambung AKBP Heri, kandungan zat cairan tersebut dengan mudah diganti. "Memang kalau secara penggunaannya saat mengisap rokok elektrik, asapnya sangat tebal seperti orang yang sedang mengonsumsi sabu. Kita sempat mendatangi beberapa pengusaha yang menjual rokok elektrik itu, kebanyakan mereka antusias meminta kita juga mengampanyekan stop narkoba," tambahnya. Sementara itu, Kepala Seksi Rehabilitasi pada BNN Kota Tangsel Drg Vinna Tauria menegaskan, adapaun narkoba seperti gorila atau ganja sintetik di Tangsel masih dalam bentuk tembakau. Sehingga, cara mengonsumsinya masih konvensional seperti merokok. Kebanyakan, para penggunanya rata-rata masih remaja. Tak hanya jenis ganja sintetik yang marak dikalangan remaja, pengguna penyalahgunaan obat-obatan juga terbilang banyak. "Ancaman dari penyalahgunaan obat juga sangat marak, di kalangan remaja usia produktif, obatnya seperti tramadol, eksimer, dan masih banyak lagi. Faktornya karena obat-obatan itu mudah didapatkan. Konsumsinya juga ekstrim, jauh di atas dosis. Hingga 30 butir sekali konsumsi," ujarnya yang juga pernah bertugas di BNN Provinsi DKi Jakarta itu. Temuan itu didapati Vinna dari hasil assesmen yang dilakukan petugas saat menangani pecandu narkoba yang direhabilitasi. Di sisi lain, hingga bulan ini, ada sebanyak 17 pasien rehabilitasi yang tengah ditangani. Upaya rehabilitasi yang dilakukan BNN Tangsel, dikatakannya agar pecandu tak menggunakan kembali zat adiktif serta dapat pulih kembali secara fisik, mental, dan berbaur kembali dengan lingkungan masyarakatnya. Pihaknya juga mengajak masyarakat untuk tidak sungkan mendatangi BNN Kota Tangsel jika hendak menjalankan rehabilitasi. "Gratis tanpa dipungut biaya dan dipidanakan. Dari mulai assesmen hingga terapi perawatan diberikan bagi pasien. Setalah rehab, semala tiap bulan kita juga akan datangi pasien selama 4 bulan melakukan tes urin memastikan pasien tak menggunakan narkoba lagi," imbuhnya. (mg-22/esa)

Sumber: