Warga Sekitar Ponpes Meninggal, Gejala Sama Dengan yang Dialami Belasan Satriwati

Warga Sekitar Ponpes Meninggal, Gejala Sama Dengan yang Dialami Belasan Satriwati

PASAR KEMIS-Kasus keracuanan belasan santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Hikmah, Pasar Kemis belum diketahui penyebabnya. Di saat bersamaan, salah seorang warga di sekitar ponpes meninggal dunia. Rosidi (56) meninggal dunia setelah mengalami mual, pusing dan muntah pada Kamis (29/8). Gejala yang dialami Rosidi sama persis dengan yang dialami para santriwati. Rumah Rosidi berjarak hanya sekira 100 meter dari ponpes tersebut. Tepatnya di Kampung Bugel, Desa Pangadegan, Kecamatan Pasar Kemis. Pengakuan, Umayah (50), istri almarhum, sebelum meninggal, Rosidi mengeluh sakit pada bagian dada yang terasa sesak. Serta merasakan pusing yang akhirnya membuat dirinya muntah-muntah. Kejadian tersebut berlangsung sekira pukul 02.00 WIB dini hari. Umayah sempat memijit kepala dan punggung almarhum. Namun, Rosidi wafat setelah mengalami muntah-muntah. Kepala Bidang Pencegahan Persebaran Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dr. Hendra Tarmidzi membenarkan, Rosidi meninggal dunia setelah mengalami muntah-muntah. Ia mengungkapkan, sudah memeriksa riwayat kesehatan serta mendapatkan keterangan dari keluarga almarhum. “Iya dari laporan puskesmas ke dinas kesehatan, pasien yang meninggal pas waktu berbarengan dengan kasus di pesantren itu. Korban mengidap penyakit asma,” katanya kepada Tangerang Ekspres saat ditemui, Kamis (5/9). Hanya saja, ia tidak bisa menyimpulkan penyebab kematian dikarenakan asma atau faktor lain. Sebab, kata dia, banyak faktor yang harus diselidiki untuk mengungkap penyebab kematian korban. Ia belum bisa menyimpulkan, apakah Rosidi meninggal akibat keracunan atau penyebab lain. Walaupun, korban sempat mengalami muntah, mual, pusing dan mulut mengeluarkan busa.Gejala yang sama dialami santriwati. “Cuma secara pasti dalam ilmu kedokteran penyebab kematian yang pasti itu tidak akan bisa diketahui secara pasti. Karena kasuitisnya sangat banyak multifaktorial. Kalau mau dilakukan paling autopsi. Namun tergantung dari pihak kepolisian,” ungkapnya. Ketika disinggung, adanya hubungan udara berbau menyengat dengan penyebab Rosidi mengalami mual, pusing dan muntah-muntah, ia menjelaskan, banyak faktor yang dapat memicu kambuhnya asma seketika secara tiba-tiba. “Macam-macam faktor asma bisa dipicu. Bisa dari zat polusi, bisa dari debu, bisa dari makanan, bisa dari stres fisik, stres emosi, bisa dari bau tidak sedap. Macam-macam pemicunya dan setiap orang berbeda-beda faktor,” jelasnya. Seperti diketahui belasan santriwati yang mondok di Ponpes Nurul Hikmah, diduga mengalami keracunan dari gas beracun. Peristiwa pertama pada Rabu malam (28/8). Belasan santriwati tiba-tiba mual, pusing dan muntah-muntah dan sempat dirawat di Puskesmas Pasar Kemis. Pada Senin malam (2/9), kondisi serupa terjadi lagi. Kembali mereka dirawat di Puskesmas Pasar Kemis. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang sudah mengambil sampel air, tanah dan udara di sekitra ponpes untuk diteliti. Namun, hingga kini hasilnya belum diketahui. Sementara, Wakapolresta Tangerang, AKBP Komarudin mengatakan, perlu dilakukan autopsi terhadap jenazah Rosidi, untuk mengetahui penyebab pastinya. Ia sangat menyayangkan pihak keluarga tidak melaporkan ketika korban meninggal setelah muntah-muntah. “Kita akan cek ke keluarga almarhum. Karena, almarhum tidak masuk data yang tertera di Puskesmas Pasarkemis. Belum ada laporan ke kita. Kita sayangkan pihak keluarga tidak cepat melaporkan,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, saat dihubungi. Kata dia, kepolisian dapat melakukan autopsi terhadap jenazah Rosidi apabila pihak keluarga langsung melaporkan setelah meninggalnya korban. Namun, saat ini dibutuhkan persetujuan keluarga. “Harusnya setelah kejadian lapor. Maka langsung kita lakukan autopsi. Kalau sudah dikuburkan untuk autopsi tergantung dari pihak keluarga. Kalau dari keluarga berharap diusut tuntas kita akan gali kuburan dan harus di autopsi jenazahnya, harus dibuktikan penyebab pastinya. Kejadian ini tidak bisa disimpulkan secara biasa atau kasat mata penyebabnya karena keracunan atau hal lainnya. Harus melalui uji autopsi," pungkasnya. Ade Dahyani, Kasubag TU Puskesmas Pasar Kemis menambahkan, kematian Rosidi yang rumahnya dekat Ponpes Nurul Hikmah belum dapat dikaitkan dengan peristiwa belasan santriwati yang mengalami sesak napas, pusing, mual dan muntah pada Rabu malam (28/8), dan Senin malam (2/9). “Karena kakek itu sudah menderita asma sejak lama. Jauh hari sebelum peristiwa belasan santriwati mengalami sesak napas, pusing, mual dan muntah,” kata Ade, kepada Tangerang Ekspres. Pria yang akrab disapa Ade menuturkan, setelah peristiwa tersebut tim puskesmas keliling (puskesling) aktif berkunjung rumah-rumah di sekitar Ponpes Nurul Hikmah. Salah satunya, tempat yang dikunjungi tim puskesling adalah kediaman Rosidi. “Jadi, berdasarkan analisa tim kami, belum bisa dikaitkan antara kematian kakek itu dengan keluhan-keluhan yang dialami belasan santriwati, walaupun gejalanya sama,” ucapnya. Ade menyebutkan, hingga kini tim puskesling meliputi dokter, perawat dan bagian kesehatan lingkungan, aktif berkunjung ke Ponpes Nurul Hikmah. Tujuannya, untuk memberikan penyuluhan soal perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada santriwati. Selain itu, kata Ade, pihaknya menganjurkan kepada pengelola ponpes agar menambah fentilasi udara di rungan kamar santriwati, dan mengurangi jumlah lemari pakaian dan rak buku di ruangan kamar santriwati. (zky/mg-10)

Sumber: