1.000 HPK Tentukan Masa Depan Anak

1.000 HPK Tentukan Masa Depan Anak

Dinas Kesehatan Kota Tangsel mengampanyekan perbaikan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) bagi kader kesehatan, direktur RS umum dan swasta, IBI, IDI, bikor puskesmas pemegang program anak dan ibu PKM se-Kota Tangsel. Acara yang diikuti 426 peserta ini dilaksanakan di Gedung Widya Bhakti (GWB) Puspiptek, Setu, Rabu (21/8). Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Deden Deni mengatakan, kampanye perbaikan gizi pada 1.000 HPK diharapkan dapat mengurangi angka gizi buruk terhadap anak. "Diharapkan semua petugas kesehatan dapat mengkampayekan program ini kepada ibu hamil dan calon ibu hamil," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Rabu (21/8). Deden menambahkan, kader kesehatan dan khusunya petugas puskesmas diharap kampanyekan program ini. Selain itu, Dinkes rutin lalukan evaluasi apa yang sudah dilakukan puskesmas dalam kurun waktu terjadwal. Tujuan kampanye tersebut untuk mencapai akselerasi perbaikan gizi masyarakat terutama ibu hamil. Termasuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tenaha medis, kader dan sektor terkait 1.000 HPK. "Serta mendukung program stunting, mendorong banyak pihak terkait pentingnya 1000 HPK," jelasnya. Sementara itu, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany mengatakan, Indonesia terus menyerukan dan mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui program 1.000 HPK karena, kualitas manusia ditentukan sejak awal janin bertumbuh di dalam tubuh seorang ibu. "1.000 HPK adalah periode emas bagi tumbuh kembang seorang anak, yakni terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada 2 tahun pertama kehidupan seorang anak," ujarnya. Airin menambahkan, apa yang terjadi saat ini, termasuk nutrisi yang diterima oleh bayi saat dalam kandungan dan menerima ASI, memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan saat usia dewasa. Seorang ibu hamil harus berjuang menjaga asupan nutrisinya agar pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan janinnya optimal. Idealnya, berat badan bayi saat dilahirkan adalah tidak kurang dari 2500 gram, dan panjang badan bayi tidak kurang dari 48 cm. Inilah alasan mengapa setiap bayi yang baru saja lahir akan diukur berat dan panjang tubuhnya, dan dipantau terus menerus terutama di periode emas pertumbuhannya, yaitu nol sampai 2 tahun. Kurun waktu dua tahun ini, orang tua harus berupaya keras agar bayinya tidak memiliki panjang tinggi badan atau panjang badan yang stunting. "Yang di khawatirkan adalah di dalam kandungan ada gangguan pertumbuhan, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif (intelegensia)," tambahnya. Ibu dua anak ini menjelaskan, salah satu prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015-2019 adalah perbaikan gizi, khususnya stunting. Kejadian balita stunting merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Masalah gizi anak yang berdampak pada stunting dan kekurangan gizi pada ibu hamil seringkali tidak disadari baik itu oleh individu, keluarga maupun masyarakat sebagai sebuah masalah yang harus dicegah dan diselesaikan. "Ini mengindikasikan bahwa kebanyakan keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang gizi dan perilaku kesehatan yang tepat, khususnya tekait bagaimana memilih, mengolah dan menyajikan makanan yang baik bagi keluarga," ungkapnya. Masih menurutnya, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat memerlukan perhatian khusus dari tenaga medis dan ahli professional terkait untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya 1000 HPK. "Saya engajak semua pihak untuk bekerja sama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan yang sedang, sudah, dan akan kita lakukan untuk kesejahteraan masyarakat Kota Tangsel," tuturnya. Di tempat yang sama, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinkes Kota Tangsel Iin Sofiawati mengatakan, kampanye yang dilakukan adalah kegiatan rutin yang dilakukan Dinkes. "Dinkes tidak bosan-bosannya mengingatkan kepada masyarakat bahwa implementasi 1.000 HPK ini penting," ujarnya. Iin menambahkan, kesehatan harus diperhatikan mulai ibu itu diketahui hamil, mulai dari gizi, nutrisinya. Dengan acara ini Dinkes ingin pendampingan ibu hamil bisa dimaksimalkan. "Jadi melalui pendataan yang dilakukan kader, pengkajian PHBS ini nanti didapat ibu hamil lalu dilaporkan ke puskesmas serta dilakukan pendampingan," tambahnya. (bud)

Sumber: