Pesan Jokowi untuk Pace Mace Papua: Memaafkan Lebih Baik, Ricuh Manokwari Diduga Ditunggangi
JAKARTA--Polri tengah menyelidiki kemungkinan kerusuhan di Manokwari Papua Barat digerakkan kelompok tertentu untuk membuat situasi daerah tersebut memanas. Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri melakukan profiling terhadap sejumlah akun media sosial yang diduga menyebarkan informasi palsu atau hoaks mengenai intimidasi para mahasiswa Papua di Surabaya. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan, Polda Papua Barat akan menangkap para pelaku yang terbukti menggerakkan masyarakat untuk membuat situasi rusuh di Manokwari Papua Barat. "Terkait aksi itu digerakkan oleh kelompok tertentu, Tim dari Polda Papua Barat masih mendalaminya. Tentunya nanti akan ada proses penegakan hukum kepada para pelaku," tuturnya, Senin (19/8). Dedi juga menuturkan, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri melakukan profiling terhadap sejumlah akun media sosial yang diduga menyebarkan informasi palsu atau hoaks mengenai intimidasi para mahasiswa Papua di Surabaya. Dia menyatakan ada beberapa akun media sosial yang menambah narasi tidak benar pada video intimidasi mahasiswa Papua di Surabaya. Padahal, menurut Dedi, situasi di Surabaya sudah kondusif, namun karena beberapa akun tersebut menyebarkan hoaks, warga Manokwari Papua Barat tersulut emosi dan melakukan aksi dengan cara membuat kerusuhan wilayahnya. "Akun-akun anonim ini sudah menyebarkan info yang tidak benar, karena itu penyidik langsung melakukan profiling untuk menangkap pelaku penyebar hoaks itu," tuturnya, Senin (19/8). Dedi menambahkan masyarakat Manokwari Papua Barat semula hanya ingin menyampaikan aspirasi terkait insiden para pelajar Papua yang diintimidasi di Asrama Pelajar Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur. Namun, tidak lama menyampaikan aspirasi itu, warga Manokwari menutup sejumlah jalan dan kericuhan pun tidak terhindarkan dan diperparah dengan adanya penyebaran informasi di media sosial. "Jadi ada beberapa akun media sosial yang telah menyebarkan informasi mengenai aksi Surabaya itu, sehingga masyarakat marah," tuturnya. Menurut Dedi, jika hasil profiling konten tersebut ditemukan adanya perbuatan melawan hukum, maka Kepolisian akan memburu pemilik akun dan menangkapnya karena telah membuat gaduh lewat narasi yang dibuat melalui media sosial. "Kalau memang ada unsur perbuatan melawan hukum, maka yang menyebarkan konten itu akan dilakukan penegakan hukum," katanya. Menurut Dedi, untuk saat ini situasi masih dapat dikendalikan oleh TNI dan Polri yang jumlahnya sudah diperkuat. Ada sebanyak dua satuan setingkat kompi (SSK) TNI dan tujuk SSK Polisi yang sudah dikerahkan ke lokasi kerusuhan di Manokwari Papua Barat agar kerusuhan tidak meluas. "Secara umum, situasi masih bisa dikendalikan oleh aparat kepolisian baik itu Polda Papua Barat maupun Polres Manokwari dan Aparat TNI serta Pemda," katanya. Memaafkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui ada ketersinggungan bagi warga Papua maupun Papua Barat terhadap kasus yang dialami saudara mereka di Surabaya maupun Malang beberapa hari terakhir, sehingga mereka emosi. Namun Kepala Negara mengingatkan, bahwa yang paling baik adalah saling memaafkan. “Jadi, saudara-saudaraku, Pace, Mace, Mama-mama di Papua, di Papua Barat, saya tahu ada ketersinggungan. Oleh sebab itu, sebagai saudara sebangsa dan setanah air, yang paling baik adalah saling memaafkan,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Senin (19/8) petang. Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi menanggapi aksi demo yang berujung kericuhan di Manokwari, Papua, Senin (19/8) siang. Aksi ini dipicu atas perlakuan yang mereka anggap tidak bersahabat terhadap mahasiswa Papua di sejumlah kota di Jawa, di antaranya Surabaya dan Malang, beberapa hari lalu. Menanggapi hal itu, Kepala Negara mengatakan, emosi itu boleh, tetapi memaafkan itu lebih baik, sabar itu juga lebih baik. Presiden Jokowi juga menegaskan, bahwa pemerintah akan terus menjaga kehormatan dan kesejahteraan Pace, Mace, Mama-mama yang ada di Papua dan Papua Barat. Sebelumnya dalam pernyataannya di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (19/8) siang, Menko Polhukam Wiranto menegaskan, bahwa jajaran Polhukam telah diinstruksikan untuk melakukan pengusutan secara tuntas dan adil bagi siapapun yang dianggap melakukan pelanggaran hukum dalam peristiwa ini. Kepada seluruh masyarakat, Menko Polhukam mengimbau agar tidak terpancing dan terpengaruh dengan berita-berita negatif dari pihak yang tidak bertanggung jawab untuk merusak persatuan, kedamaian, dan kebersamaan kita sebagai bangsa yang bermartabat. “Pemerintah memberikan jaminan sepenuhnya untuk terpeliharanya stabilitas keamanan di seluruh wiyalah,” tegas Wiranto. Menko Polhukam juga meminta kepada aparat keamanan, baik TNI maupun Polri, untuk senantiasa melaksanakan tindakan persuasif dan terukur terhadap masyarakat. Sebagaimana diketahui, sebanyak 43 mahasiswa asal Papua yang sebelumnya diamankan petugas Polrestabes Surabaya, telah dipulangkan ke Asrama Mahasiswa di Jalan Kalasan, Surabaya, Ahad (18/8) dini hari. Sementara itu, kericuhan juga menyusul terjadi di Kota Manokwari dan Sorong, Papua Barat pada Senin (19/8) pagi.(rep/setkab.go.id)
Sumber: