Jamaah Melontar Jumrah di Waktu yang Dilarang, Sebagian Tumbang Karena Kelelahan

Jamaah Melontar Jumrah di Waktu yang Dilarang, Sebagian Tumbang Karena Kelelahan

Otoritas Arab Saudi sudah menetapkan waktu larangan melontar jumrah bagi jamaah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Diantaranya adalah larangan melontar jumrah di 10 Dzulhijjah (11/8) jam 04.00-10.00 waktu setempat. Namun pada kenyataannya banyak jamaah Indonesia melontar jumrah pada jam tersebut. Informasi tersebut disampaikan oleh Sekretaris P3JH (pertolongan pertama pada jamaah haji) dr Pradipta Suarsyaf. Dokter yang akrab disapa Dipta itu bertugas di Pos 3 Jamarat. "Jam 01.30 (waktu Arab Saudi, Red) itu sudah ada jamaah Indonesia melontar jumrah," tuturnya. Dia menjelaskan biasanya jamaah bergerombol sekitar lima orang untuk melontar jumrah. Dia sempat menanyakan ke jamaah kenapa memilih melontar jumrah di waktu yang dilarang tersebut. Ternyata jamaah itu salah persepsi. "Banyak jamaah yang mengira malah jam 04.00 - 10.00 itu waktu jamaah Indonesia melontar jumrah," ungkapnya. Dipta bertugas di Pos 3 mulai pukul 00.00 sampai 12.00 kemarin. Dia mengatakan setidaknya ada 15 orang jamaah yang memerlukan pertolongan di Pos 3. Jamaah yang ditangani Pos 3 umumnya kecapekan. Bagi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut dibawa ke Emergency Center Jamarat. Diantara penanganan yang dilakukan di Pos 3 mulai dari jamaah yang mengalami kram otot. Penangananya diolesi krim otot dan dipijat. Selain itu juga ada jamaah yang perlu mengambalikan cairan tubuh dengan cara diinfus. Kasus yang butuh penanganan lanjut, seperti gula darah naik signifikan, dirujuk ke Emergency Center Jamarat. Contohnya ada jamaah yang lemas dan setelah dicek kadar gulanya mencapai 400 poin. "Dirujuk ke Emergency Center Jamarat untuk penanganan lanjut," tuturnya. Sejak pagi jamaah haji, termasuk dari Indonesia yang sudah melontar jumrah Aqabah kembali ke hotel. Sementara itu kondisi lalu lintas di sekitar Jamarat macet total. Termasuk akses lalu lintas di sekitar kantor Daker Makkah. Akibat kemacetan itu, ada jamaah yang jalan kaki dari Masjidilharam menuju ke hotel di sekitar Jamarat. Jaraknya sekitar 6 km. Mereka memilih ke Masjidilharam dahulu untuk menyelesaikan tawaf Ifadah dan sa'i. Salah satu jamaah yang usai melakukan lempar jumrah dan berjalan menuju hotel adalah Fuqoha Bahruddin. Dia memilih ke hotel ketimbang kembali ke tenda di Mina usai melontar jumrah. "Karena jaraknya hampir sama antara Jamarat ke tenda dengan Jamarat ke hotel," jelasnya. Jamaah dari kloter JKG-39 Embarkasi Jakarta itu mengatakan proses melontar jumrahnya berjalan lancar. Meskipun kondisi di Jamarat penuh dengan jamaah dari negara lainnya. Dia mengatakan pertimbangan lain menuju hotel dahulu setelah melontar jumrah karena untuk beristirahat. Fuqoha menceritakan pada Sabtu 9 Dzulhijjah (10/8) dia naik bus bersama jamaah lain dari Arafah menuju Mudzalifah sekitar jam 22.00. Kemudian sekitar pukul 01.30 dia dan rombongannya jalan kaki menuju Mina. "Sampai di Mina sekitar pukul 02.30," katanya. Setelah itu dia melontar jumrah dan kembali ke hotel. Dia mengatakan memilih jalan kaki dari Mudzalifah menuju Mina. Soalnya rombongannya masuk urutan perjalanan (trip) ke lima. Dia memperkirakan jika menunggu bus trip ke lima, baru pukul 04.00 subuh diantar dari Mana Mudzalifah ke Mina. Ketimbang menunggu sampai pukul 04.00 subuh, Fuqoha memutuskan jalan kaki menuju Mina. (jpg)

Sumber: