PKM Universitas Esa Unggul, Gerakan Literasi Perlu Sentuh Guru

PKM Universitas Esa Unggul, Gerakan Literasi Perlu Sentuh Guru

JAKARTA -- Gerakan literasi di sekolah sebaiknya tidak hanya terfokus pada peserta didik, tetapi juga untuk guru. “Gerakan literasi (membaca, menulis dan menyimak) juga harus menyentuh guru, karena tingkat membaca di kalangan para guru masih rendah. Untuk itu, dibutuhkan kemauan yang tinggi dari dalam diri guru,” kata  Dr. Harlinda Syofyan, S.Si., M.Pd, Ketua Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul. Lebih lanjut Harlinda memaparkan, literasi diartikan sebagian orang dengan kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan informasi secara cerdas. Literasi  bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dalam berbagai konteks, berkomunikasi secara efektif. Mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan literasi diharapkan melekat pada diri setiap orang umumnya dan pada guru dan siswa pada khususnya. Kata Harlinda, guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar dan mengajar hendaknya memiliki wawasan berpikir yang luas. Agar mampu membawa siswanya ke dalam pemahaman pada setiap materi yang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Menurut Harlinda, penanaman budaya literasi sejak usia sekolah dasar dalam menumbuhkan budaya literasi, merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa Indonesia. “Sebuah negara yang maju yang memiliki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi. SDM yang unggul adalah SDM yang memiliki daya saing tinggi, inovatif, kreatif, dan mampu menghadapi segala tantangan baik lokal, regional maupun global,” tegas Harlinda. Kata Harlinda, melaksanakan gerakan literasi 15 menit sebelum jam pelajaran perlu dibudayakan di Indonesia. Adapun prinsip pendidikan literasi antara lain, literasi melibatkan interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi diri, serta penggunaan bahasa. (mas)

Sumber: