Bermodal Uang Pesangon, Geluti Usaha Furniture Tong Bekas

Bermodal Uang Pesangon, Geluti Usaha Furniture Tong Bekas

Menjadi wirausaha sejati butuh keberanian. Sekalipun harus meninggalkan pekerjaan yang sudah jelas penghasilnnya tiap bulan. Seperti dilakukan pemuda Kecamatan Karang Tengah, Wahyu Hidayat (27).  Ia rela mengakhiri karirnya di perusahaan swasta untuk menjadi pengusaha furniture. LAPORAN-RANDY Bermodal lahan seluas 4x3 meter, pria yang kerap disapa Wahyu ini memulai usahanya. Tidak pernah melihat waktu, ia mencoba mengukir tong bekas menjadi barang berharga. Sebelumnya Wahyu, bekerja sebagai supervisor di perusahaan Jepang dengan berpenghasilan Rp7 juta per bulan. Rupanya penghasilan tersebut tidak membuat puas lelaki yang masih single ini. Setelah 4 tahun bekerja di Japanese Tobaco Internasional (JTI) akhirnya di tahun 2019, ia memilih merajut mimpi sebagai pemuda yang ingin menciptkan sesuatu yang mengahasilkan. Bersama seorang rekannya Idan, ia mencoba menciptakan karya seni dari tong bekas. Tidak banyak yang dirinya harapkan dari mengolah limbah bekas. Wahyu mengatakan, bermodalkan alat alakadarnya dia dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi pemuda di Kecamatan Karang Tengah. "Saya berharapnya bisa membuat pemuda di sini bekerja. Meski tidak di perusahaan besar, setidaknya mereka punya penghasilan buat keluarga mereka," ujarnya Kepada Tangerang Eskpres. Wahyu menambahkan, dirinya pertama kali memilih jalur usaha, bermula saat melihat banyaknya limbah kaleng dan tong bekas di Kota Tangerang. Dari situ, dia mencoba mencari manfaat dari tong dan limbah bekas lainnya. "Awalnya lihat di jalan banyak banget tong bekas, ada yang dijualin pengepul, ada juga yang berserakan di jalan. Terus saya cari di google, ternyata dari bahan limbah ini bisa dijadikan banyak barang berharga,"paparnya. Wahyu menuturkan, meskipun menggunakan bahan limbah bekas, dirinya tidak memungkiri semua usaha yang digeluti menggunakan uang sebagai modal utama. Terlebih lagi, alat untuk mengolah dan menyulap tong bekas. "Lumayan modalnya, saya pertama modal  Rp20 juta dari uang pesangon kerja. Terus lagi buat beli bahan seperti tong bekas itu lumayan harganya, tetapi dari modal itu saya bisa membuat usaha ini,"ungkapnya. Lanjut Wahyu, modal yang dimiliki saat ini masih terbilang kurang. Dirinya berniat meminjam uang ke salah satu bank. Meski rumahnya hanya berjarak 500 meter dari Kecamatan Karang Tengah, Wahyu mengaku tidak pernah dilirik pihak Kecamatan. "Kalau untuk modal usaha saya tidak tau bisa dipinjami tidak sama pemerintah. Tapi saat saya berharapnya bisa difasilitasi dari gagasan ini, karena kalau usaha ini berkembang otomatis banyak pemuda yang nganggur bisa bekerja,"pungkasnya. Wahyu menyebut harga dari limbah yang sudah rampung bisa terjual hingga jutaan rupiah. Padahal modal utama yang ia keluarkan hanya puluhan hingga ratusan ribu. "Lumayan kalau yang bangku dan meja bisa hampir 3 juta satu set nya. Kalau yang bangku mini itu saya jual Rp 150 ribu, modalnya hanya Rp 30 ribu. Ini kan barang unik jadi engga sedikit yang berminat," ucapnya. Wahyu menyebut, meski belum banyak hasil produksi yang sudah rampung, ia mengaku sudah dibanjiri pesanan. Pesanan tersebut ia dapati dari pemasaran hasil produksinya ke berbagai media yang ada di internet. "Dari Depok, Tangerang  bahkan Surabaya sudah ada yang pesan. Tapi emang belum maksimal karena masih butuh banyak tenaga sama modal untuk bisa memenuhi pesanan," tukasnya (mg-9)

Sumber: