Karantina Demi Gelar Juara Piala Sudirman 2019
PENGURUS Pusat (PP) PBSI tidak main-main dalam menargetkan gelar juara di ajang Piala Sudirman 2019. Skuad pelatnas yang bakal dikirim ke turnamen beregu level tertinggi BWF itu bahkan sampai menjalani karantina di pelatnas Cipayung, Jakarta selama dua hari berturut-turut. Dalam rentang waktu tersebut, para pemain dari masing-masing sektor secara serius mematangkan strategi untuk menghadapi lawan nanti. Mereka tidak diizinkan bersentuhan dengan dunia luar, bahkan awak media turut dilarang untuk meliput selama karantina berlangsung. Alasannya sederhana, yaitu supaya para pemain fokus. “Waktunya terbatas, sementara para atlet juga butuh istirahat,” tutur Kabid Binpres PBSI Susy Susanti. Tim Merah Putih memang hanya punya waktu persiapan kurang dari sepuluh hari. Sejak memasuki 2019, jadwal turnamen tiap pemain sangat padat demi bisa menaikkan ranking dunia mereka. Turnamen terakhir yang mereka jalani adalah New Zealand Open, 30 April – 5 Mei lalu. Praktis waktu persiapan banyak terpotong untuk perjalanan, kemudian recovery. Mepetnya persiapan tidak lantas membuat PBSI mengendurkan target di ajang kali ini. Hasil memalukan saat edisi 2017 lalu tidak boleh terulang, utamanya dengan kondisi Indonesia yang masuk ke grup 1B dan menjadi unggulan 3/4. Peluang untuk mengulang lagi momen bersejarah pada 1989, dimana Indonesia meraih gelar juara pertama dan satu-satunya. Agar hal tersebut bisa terwujud, setiap pemain diwajibkan untuk memiliki spirit yang sama dengan timnas 30 tahun yang lalu. Yaitu tidak gampang menyerah walaupun keadaan sudah menekan. Bahkan, PBSI sampai mengadakan kelas motivasi khusus pada Senin (13/5) lalu di The Plaza, Jakarta. Motivator tersohor Indonesia, Mario Teguh didatangkan untuk membangun rasa percaya diri dan mental yang kuat selama bertanding. "Percaya diri itu bukan ‘saya menang, saya menang’. Orang sering gagal, karena ini bentuk kesombongan,” ujar Mario seperti dikutip dalam siaran pers PP PBSI. Susy menegaskan acara tersebut diharapkan mampu memupuk motivasi atlet. Apalagi kualifikasi olimpiade telah berjalan, sehingga rawan sekali bagi atlet untuk merasa jenuh dengan padatnya pertandingan. “Makanya kami putuskan untuk membuat sesi panggil motivator yang bisa mengembalikan semangat mereka. Sekaligus mengingatkan mereka bahwa perjuangan tak pernah berhenti,” kata Susy. Piala Sudirman masuk dalam hitungan untuk kualifikasi dengan jumlah total poin 26.000. Tentunya ini jadi kesempatan besar bagi pemain kita untuk mengambil poin itu sebanyak mungkin. Maka dari itu, tim sengaja disiapkan secara khusus untuk turnamen kali ini. Salah satu pelatih pelatnas, Richard Mainaky menjelaskan biasanya menjelang keberangkatan latihan teknik mendapat porsi paling banyak. Secara materi pemain Indonesia tidak kalah dengan pemain top dunia lainnnya. Yang membedakan hanyalah cara mengatur pola permainan, terutama difase-fase penentuan. “Kalau fisik itu selalu berjalan latihannya. Cuma kalau sudah jelang keberangkatan, teknik yang lebih dimatangkan,” ungkapnya. (jpg/apw)
Sumber: