Cegah Kepadatan Penduduk dengan KB

Cegah Kepadatan Penduduk dengan KB

TANGERANG- Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Ledakan penduduk ini bisa menjadi suatu masalah jika tidak segera diatasi dengan tepat. Salah satu upaya untuk mengatasi jumlah penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana. Dari hasil SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) 2015, tercatat jumlah penduduk Indonesia 255,1 juta jiwa, sementara itu pada sensus penduduk 2010 masih tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sekitar 1,49 persen per tahun. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia bertambah sekitar 4 juta jiwa. Anggota DPR RI dari Komisi IX Marinus Gea menyambut baik dengan kegiatan yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Banten yakni sosialisai pembangunan keluarga bersama mitra 2019, yang diselenggarakan di Kelurahan Bojong Jaya, Karawaci, Minggu (10/3). Dimana acara dengan tema membahas tentang menghindari kepadatan penduduk dengan mengarahkan semua peserta untuk mengikuti progam KB , demi mencegah nasib bangsa Indonesia di masa mendatang ini sangat penting dan harus dimulai dari sekarang. “Bayangkan 25 tahun mendatang tentang pembeludakan penduduk Indonesia jika tidak diatasi dari sekarang,’ katanya. Karena kata Marinus, kepadatan penduduk ini akan berpengaruh terhadap perekonomian bangsa, khususbta keluarga. Maka dari itu, ia mengajak kepada masyarakat untuk mengikuti program KB. “Yang dulunya mungkin banyak anak banyak rejeki , mari sekarang kita ganti dengan banyak anak akan banyak pengeluaran. Jadikan lah sebagai motifasi untuk ikut serta dalam pembangunan keluarga di Indonesia,” katanya. Dr. Kiki selaku perwakilan narasumber dari BKKBN provinsi menyampaikan materi tentang progam Advokasi kependudukan, keluarga berencana , dan pembangunan keluarga. Dalam isi materinya, Kiki membahas mengenai progam kependudukan dengan memperhatikan usia pernikahan, usia kehamilan,dan jarak kelahiran, selain itu ia juga menyampaikan tentang jenis jenis alat kontrasepsi, untuk si ibu maupun untuk si bapak, menjelaskan dengan detail menggunakan bahasa tubuh agar mudah di mengerti oleh para peserta yang hadir, menyampaikan pula tentang pembangunan keluarga dan pemberdayaan ketahanan keluarga meningkatkan interaksi dalam kehidupan keluarga , saling menjaga keharmonisan dan ketentraman keluarga untuk mencapai keluarga sejahtera. Ia menjelaskan, pelayanan KB merupakan salah satu paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan KB harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diingkan. Pada kesempatan itu juga, Kiki berpesan pada peserta, untuk menghindari usia pernikahan dini, usia kehamilan, dan jarak kelahiran, untuk menghindari resiko resiko dalam kehidupan berkeluarga. “Rencakan pernikahan, kehamilan dan kelahiran, agar menjadi keluarga yang berkualitas untuk menuju keluarga yang sejahtera,” tandasnya. (and)

Sumber: