Korban Banjir dan Tanah Longsor di Sulawesi Selatan, 68 Meninggal dan Tujuh Hilang
JAKARTA - Banjir berangsur surut. Meski demikian penanganan darurat bencana, longsor dan puting beliung yang melanda wilayah Sulawesi Selatan pada Senin (22/1) masih terus dilakukan hingga, Minggu (27/1). Beberapa warga merasa lebih aman di pengungsian karena trauma dengan banjir dan longsor. Data yang dilansir Fajar Indonesia Network (FIN), dampak bencana tercatat 68 orang meninggal, 7 orang hilang, 47 orang luka-luka, dan 6.757 orang mengungsi. Kerusakan fisik meliputi 550 unit rumah rusak ( 33 unit hanyut, 459 rusak berat, 30 rusak sedang, 23 rusak ringan, 5 tertimbun), 5.198 unit rumah terendam. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan daerah yang paling parah mengalami dampak banjir dan longsor yakni Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Jeneponto, Marros dan Wajo. "Prioritas penanganan saat ini adalah membersihkan lumpur dan material yang menutup jalan, lingkungan dan rumah," terangnya. Material lumpur yang ada di dalam rumah tebalnya ada yang 50 centimeter dan kondisinya mulai mengeras sehingga sulit dibersihkan. Alat berat dikerahkan membersihkan material lumpur. "Alhamdulillah sebagian pengungsi sudah pulang ke rumah dan membersihkan lumpur di rumahnya. Surat-surat berharga banyak yang rusak karena tidak sempat dibawa waktu mengungsi," imbuh Sutopo. Kebutuhan mendesak yang diperlukan adalah permakanan, selimut, matras, pelayanan medis, MCK dan sanitasi, relawan untuk membersihkan lumpur, peralatan rumah tangga untuk membersihkan lumpur, trauma healing, dan lainnya. "Yang pasti, penanganan darurat masih dilakukan," terangnya. Ditambahkan Sutopo, Wakil Presiden dan Kepala BNPB ke Kantor Gubernur Sulsel untuk mendapatkan penjelasan penanganan bencana di Sulsel. Kemudian Wapres bersama Kepala BNPB meninjau ke beberapa lokasi bencana dan Bendungan Bili-Bili untuk mendapatkan penjelasan kondisi bendungan. "Beberapa arahan Wakil Presiden dan Kepala BNPB diberikan kepada Pemda untuk percepatan penanganan darurat dan pascabencana," terangnya. Soal pencarian tujuh orang hilang masih dilakukan tim SAR gabungan. BNPB terus mendampingi BPBD dalam penanganan darurat. Penanganan darurat masih dilakukan di Desa Sapaya, Desa Bontomanai, Desa Mangempang, dan Desa Buakang di Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa yang mengalami banjir dan long sor dengan jumlah korban 29 meninggal. "Tim SAR gabungan masih melakukan evakuasi dan pencarian korban hilang," terangnya. Sementara, untuk pembangunan jembatan darurat balley dilakukan oleh TNI dibantu instansi terkait dan warga. "Untuk yang lain seperti pelayanan kesehatan oleh Dinas Kesehatan, PMI dan NGO. Dapur umum telah didirikan Brimob Polda Sulses dan Dinas Sosial," paparnya. Seperti diketahui Wakil Presiden Jusuf Kalla dan rombongan mengunjungi Bendungan Bilibili, di Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada pukul 13.00 WITA, Minggu (27/1). Jusuf Kalla didampingi sejumlah menteri, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, dan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo. JK terlihat memantau situasi Bendungan Bilibili termasuk debit airnya. Debit air Bendungan Bibili sudah di bawah normal setelah sebelumnya dinyatakan waspada hingga sirene bendungan dibunyikan sebagai pertanda peningkatan status dari waspada menjadi siaga. "Tinggi bukaan pintu diturunkan menjadi 0,5 meter. Elevasi Waduk Bilibili berada di angka +99.41. Volume Waduk Bilibili saat ini berada di angka 257.96 juta meter kubik, dan inflow sekitar 94.93 meter kubik per detik, serta outflow sekitar 95.00 meter kubik per detik," kataKepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan-Jeneberang, Teuku Iskandar. Setelah melakukan pemantauan, Wapres Kalla menggelar pertemuan tertutup bersama sejumlah menteri, gubernur, bupati, dan langsung meninjau sejumlah titik longsor. "Hasil pertemuan tadi di mana ada program yang sifatnya jangka panjang yakni hutan yang gundul akan direboisasi kembali dan ini harus tidak boleh tidak," kata Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo. Bencana longsor di sejumlah titik yang memicu dibukanya Pintu Air Bendungan Bilibili mengakibatkan air Sungai Jeneberang meluap dan menenggelamkan sejumlah permukiman penduduk di Kabupaten Gowa, Maros, Kota Makassar, dan Kabupaten Jeneponto pada Selasa, (22/1), serta menimbulkan puluhan korban jiwa. (ful/fin)
Sumber: