Edy Merasa Tak Dihargai

Edy Merasa Tak Dihargai

JAKARTA – ’’Saya mundur dari posisi ketua umum PSSI,’’ ujar Edy Rahmayadi dalam pidato pembukaan pada Kongres Tahunan PSSI di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, kemarin (20/1). Kalimat yang membuat suasana hening selama beberapa saat. Namun kemudian disambut oleh tepuk tangan meriah dan teriakan takbir dari 85 voters yang datang. Ya, Edy kemarin resmi mundur dari jabatan yang diembannya dua tahun terakhir. Mundur di tengah gonjang-ganjing masalah yang bertubi-tubi menyerang PSSI. Dengan wajah yang tak mengekspresikan apa-apa, kalimat itu terlontar jelas dari mulut Edy. Tidak ada keraguan ketika mengucapkannya. Bahkan, penuh keyakinan. "Jangan khianati PSSI. Jangan karena satu hal yang lain terus merusak rumah besar ini (PSSI)," tegasnya di hadapan para voters. Edy menjabat sebagai Ketua Umum PSSI sejak 10 November 2016 menggantikan La Nyalla Mattalitti. Ucapan mundur yang dilontarkan Gubernur Sumatera Utara itu jelas berbanding terbalik dengan ucapannya pada malam sebelum Kongres Tahunan PSSI dimulai. Yakni pada Sabtu (19/1) malam. Jawa Pos yang sudah mendengar adanya desakan Edy mundur sempat menanyainya ketika gala dinner. "Masa saya tinggalkan PSSI saat sedang morat-marit? Kan tidak manusiawi. Saya tidak akan mundur," ucapnya saat itu. Nyatanya, ucapan tersebut tidak terbukti. Mantan Pangkostrad itu malah meninggalkan PSSI di tengah sergapan isu pengaturan skor yang menjerat beberapa anggotanya. Edy sadar pernah berjanji tidak akan mundur. Karena itu, pria berusia 57 tahun itu menegaskan kepada Jawa Pos usai kongres bahwa dirinya bukan kalah dan menyerah dalam kasus yang menjerat PSSI. Dirinya justru mundur karena merasa sudah tidak dihargai lagi oleh anggota PSSI. Salah satu contohnya adalah dalam acara gala dinner. Dia sudah meminta Wakil Ketua Umum Joko Driyono agar para voters hadir dalam acara ramah tamah itu. Dia ingin ngobrol banyak hal sebelum kongres diselenggarakan. Nyatanya, dari 85 voters, tak sampai 20 orang yang datang. Bahkan, klub-klub kasta teratas hanya tiga saja perwakilannya yang menampakkan batang hidung. Yakni Persebaya Surabaya, Bhayangkara FC, dan Semen Padang. ’’Lalu saya kumpulkan Exco (kemarin pagi). Makanya hari ini (kemarin, red) saya putuskan,’’ katanya. Edy Rahmayadi tidak ingin disebut mentang-mentang dengan jabatannya sebagai Gubernur Sumatera Utrara. ’’Saya lakukan ini dalam kondisi sehat. Bertanggungjawablah kalian sekarang,’’ terangnya. Uniknya, dalam pengunduran dirinya itu, Edy sempat menyindir Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar. Dalam pidatonya, pria kelahiran Sabang, Aceh, itu menyebut Umuh sebagai contoh pihak yang berkoar-koar memintanya mundur. Pada 2016 lalu, Umuh adalah salah seorang motor pendukung Edy dalam pencalonan ketua umum PSSI. ’’Mungkin lebih pantas Umuh pimpin di sini. Silahkan. Jangan berteriak-teriak di luar. Kalau bangsa lain lihat nanti kami dianggap primitif. Dibandingkan berkelahi, mending saya yang keluar rumah. Setuju?,’’ katanya lantas disambut teriakan setuju dari para voters. Sekertaris Umum PSMS Medan Julius Raja mengungkapkan, Edy Rahmayadi sempat mengajaknya berbincang usai gala dinner tersebut. Keduanya rapat semalam suntuk. Banyak yang diceritakan. Termasuk terkait dirinya bakal mundur dari jabatan ketua umum PSSI. ’’Beliau bilang mau hari ini atau tiga bulan lagi sama saja katanya,’’ terangnya. Nah, usai salat subuh, keteguhan hati untuk mundur kian besar. Setelah itu, pukul 07.00, Edy mengumpulkan semua Exco. Rapat terbatas. Di forum itulah dia berujar akan mundur dalam pidato pembukaan di Kongres Tahunan PSSI. Julius tidak menampik mundurnya Edy juga disebabkan banyak voters yang tidak datang dalam gala dinner. Juga adanya informasi dengan banyaknya kubu di PSSI yang saling sikat untuk menjatuhkannya. ’’Daripada di kongres nanti banyak yang angkat tangan protes ingin memintanya mundur, sebelum itu terjadi Pak Edy menyatakan mundur,’’ tuturnya. Selama Edy Rahmayadi menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, prestasi terbaik yang dicetak pada level timnas adalah ketika Timnas U-16 menjadi juara Piala AFF U-16 2018 yang diselenggarakan di Sidoarjo. Di level senior, prestasi timnas era Edy Rahmayadi jauh dari kata memuaskan . Terakhir, skuad Garuda gagal lolos dari penyisihan grup Piala AFF 2018. Pada Asian Games 2018 (12-24 Agustus 2018), Timnas U-23 Indonesia hanya mampu mencapai babak 16 besar. Meleset dari target lolos ke semifinal. Catatan hitam yang terjadi selama Edy menjabat, sesuai data dari Save Our Soccer (SOS), sebanyak 22 suporter meninggal dunia. Dari jumlah itu 9 di antaranya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Adapun korban meninggal akibat pengeroyokan berjumlah 7 orang. Dengan mundurnya Edy, otomatis posisi Ketua Umum PSSI diisi oleh wakilnya, Joko Driyono. Hal tersebut sesuai dengan statuta PSSI pasal 39 ayat 6. Jokdri –sapaan Joko Driyono- akan mewakili Ketua Umum hingga kongres berikutnya. Jokdri tidak sendiri. Posisi Wakil Ketua Umum akan diserahkan kepada Iwan Budianto. Di kongres, keduanya sudah mendapat persetujuan. Artinya, pria asal Ngawi itu akan menggantikan posisi Edy hingga masa jabatan berakhir pada 2020. Itu jika tidak ada Kongres Luar Biasa. Jokdri sendiri mengaku siap. Karena sesuai dengan statuta PSSI dan disetujui oleh anggota PSSI. ’’Saya akan menjalankan Plt ini sesuai statuta,’’ ungkapnya. Jokdri menyatakan bakal langsung menjalankan program yang sudah disetujui anggota kongres. Salah satunya adalah pembentukan Komite Adhoc. Serta pembentukan lembaga indipenden yang kaitannya dengan wasit profesional di Indonesia. ’’Untuk Liga 1, 2, dan 3. Lembaga ini sekurang-kurangnya ada tiga lapisan,’’ terangnya. Selain itu, ada pula persiapan untuk menggulirkan kompetisi. Pria asal Ngawi itu menyebut, untuk Liga 1 paling cepat akan digulirkan 1 Mei. Kalaupun tidak bisa, paling lambat kompetisi yang diikuti oleh 18 tim itu akan kick off pada 8 Mei. ’’Digodok detail oleh PT LIB yang juga dimintakan RUPS selambat-lambatnya dua minggu dari saat ini,’’ ucapnya. Ada pula Piala Indonesia dan Piala Presiden. Piala Indonesia yang akan bergulir Babak 32 Besar sudah akan dimainkan pada awal pekan ini. sedangkan Piala Presiden masih dilakukan sinkronisasi jadwal agar keduanya bisa segera dilaksanakan mulai Januari dan berakhir awal April. Di luar itu, ada pro academi U-16 dan U-19. Di level timnas, keduanya sudah disetujui programnya oleh peserta kongres. ’’Cluster-cluster di U-16 dan U-19 akan dibuat. Turunannya setelah itu urusan pelatih masing-masing. Target itu tuntas sampai minggu pertama Februari,’’ paparnya. Nah, terpilihnya Jokdri tidak membuat posisi kosong pada Exco PSSI yang ditinggalkan oleh Johar Lin Eng langsung diganti. Justru posisi itu dibiarkan lowong. Karena sesuai statuta, jika jumlah Exco tidak di bawah 50 persen tidak perlu diganti lagi. Mengenai pergantian anggota Exco, Wakil Ketua Umum yang baru Iwan Budianto punya jawaban tersendiri. Dia menuturkan masih menunggu proses hukum yang sedang dijalani oleh Johar. Menghormati jalur hukum yang ada. ’’Kan belum proses. Belum P21. Jadi kami taat hukum dulu,’’ ujarnya. Namun, jika memang nantinya berlarut-larut dan tidak ada kepastian mengenai status hukum Johar, bukan tidak mungkin pihaknya bergerak. Dia berjanji akan segera memutus Komite Disiplin untuk melakukan pemeriksaan agar segera diberikan sanksi. ’’Tentu kami izin dulu ke satgas agar yang bersangkutan bisa dimintai keterangan oleh komdis,’’ terangnya. Sementara itu, Umuh Muchtar yang namanya sempat disebut Edy Ramayadi saat mengumumkan pengundurun diri sebagai Ketua Umum PSSI mengaku tidak masalah. Dia menyatakan sudah sangat sering dianggap sebagai musuh oleh para pemimpin di PSSI. ’’Saya jadi korban terus. Tapi tidak apa-apa demi sepak bola Indonesia,’’ ujarnya. Umuh mengatakan tidak peduli dengan pernyataan Edy Rahmayadi. Yang jelas dengan mundurnya Edy dirinya sangat lega. Hal itu tidak terlepas dari kepemimpinan era Edy yang dianggapnya tidak berhasil dalam mengurus PSSI. ’’Habis anak buahnya semua tidak bagus. Tapi saya katakan ini kebaikan. Jangan sampai menyudutkan,’’ ucapnya. Menjadi pihak yang awalnya mendukung lantas berubah arah jadi melawan, Umuh mengungkapkan alasannya tidak terlepas dari perlakuan buruk federasi kepada klubnya, Persib di Liga 1 musim lalu. Menurut pria 70 tahun itu, Persib dikerjai habis-habisan. Sangat di luar kewajaran. ’’Lihat saja, baru-baru ini di luar negeri ada kasus yang sama dengan Persib. Tapi hukumannya tidak seperti itu, Bobotoh mau demo lo tapi saya tahan,’’ paparnya. Meski Edy sudah mundur, Umuh mengaku belum merasa lega. Sebab, di PSSI masih bercokol oknum-oknum yang dianggap merusak sepak bola Indonesia. ’’Banyak yang berkhianat di PSSI. Tidak usah disebut. Pak Edy pasti tahu siapa yang diperiksa, siapa yang ditangkap, siapa yang belum ditangkap. Mereka-mereka itu penghianatnya Pak Edy,’’ tegasnya. (rid/ali)

Sumber: