PKM: Penyediaan Fasilitas untuk Aktivitas Bercerita Sebagai Upaya Peningkatan Literasi di Rumah Susun Marunda
                                    Mahasiswa sedang menerangkan pembelajaran di kegiatan PKM di Rusunawa Marunda Cilincing.--
TANGERANGEKSPRES.ID, JAKARTA — Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) oleh Mahasiswa Universitas Esa Unggul (UEU) dilaksanakan di wilayah Rukun Tetangga 001/010 Rusunawa Marunda Cilincing. Ibu Resti sebagai ketua RT setempat sekaligus Mitra PKM menyabut baik kegiatan ini.
Dalam PKM yang digelar mulai September - Oktober 2025, yang diikuti oleh Indra Gunara Rochyat, Ainur Rosyid, Adisti Ananda Yusuff, dilakukan UEU dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Sasaran program ini adalah kelompok masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi. Kelompok masyarakat tersebut melakukan kegiatan belajar dan mengajar dengan memanfaatkan salah satu ruang publik yang dimiliki rusunawa.
“Ruang publik sebagai sarana pendukung pembelajaran memang memiliki tantangan tersendiri. Keterbatasan sarana fisik seperti lemari penyimpanan buku buku dan lain lain dapat menghambat proses belajar. Selain itu, persoalan non-fisik seperti kebisingan, kurangnya privasi, atau bahkan keamanan juga bisa menjadi hambatan. Bagaimana untuk mengatasi persoalan non-fisik di ruang publik yang digunakan sebagai sarana belajar, “ ujar Ketua Pelaksana PKM UEU, Indra Gunara Rochyat.
Pemanfaatan ruang publik yang digunakan sebagai sarana pendukung pembelajaran memiliki lingkup persoalan yang menghambat peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
Ruang belajar yang kurang memadai dipandang menjadi dua sifat persoalan, yaitu persoalan bersifat fisik dan persoalan bersifat non fisik. Persoalan bersifat fisik, tidak tersedianya sarana pendukung belajar mengajar yang lengkap sehingga kurang representatif.
Kebutuhan perkakas menjadi bagian penting untuk menyimpan alat kerja guru yang selama ini disediakan oleh warga rusun secara bergantian juga berpengaruh pada efektivitas dan efisensi waktu pembelajaran.
Keterbatasan alat pembelajaran yang sudah tidak layak pakai juga menjadi salah satu kendala komunikasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Persoalan bersifat non fisik terpantau kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik yang disebabkan kurangnya tenaga pengajar.
Komunikasi satu arah memang bisa membuat peserta didik merasa bosan dan tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan peserta didik lambat dalam memahami proses belajar mereka.
Solusi dari persoalan yang bersifat fisik adalah dengan menyediakan sarana penyimpanan seperti lemari dan perkakas untuk alat belajar, buku, alat tulis dan fasilitas penunjang lainya.
Kemudian, solusi dari persoalan tidak layak pakainya papan tulis (whiteboard) adalah dengan menyediakan papan tulis baru beserta alat belajar pendukungnya. Solusi dari persoalan yang bersifat non fisik; program storytelling adalah program tambahan yang akan meningkatkan kapasitas interaksi antara guru dan peserta didik.
Melalui tambahan tenaga pengajar selain tenaga pengajar utama sangat membantu dalam meningkatkan kemajuan pemahaman dan keterampilan terhadap peserta didik. Penyediaan tenaga pengajar tambahan dengan program yang lebih interaktif dengan peserta didik diharapkan dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan.
Secara substansi, kegiatan ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Terutama dalam peningkatan pendidikan masyarakat dan pemahaman terhadap pendidikan.
Pendekatan yang tepat Dengan menyediakan fasilitas pendukung pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan fisik dan non-fisik, masyarakat tidak produktif secara ekonomi dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan potensi mereka dalam jangka panjang. (dev)
Sumber:
                        
                                
                                
                                
                                
                                