Jangan Sampai Persita Jadi Musafir Lagi

Jumat 12-10-2018,05:13 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

SANKSI tegas dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kepada dua klub raksasa Indonesia. Setelah Persib Bandung, kini giliran Arema FC yang mendapat hukuman berat. Suporter kedua klub dilarang menyaksikan langsung di dalam stadion dalam laga tandang dan kandang. Ini harus menjadi pengingat buat suporter Persita. Dan semua kubu mulai dari tim, manajemen dan suporter sepakat menjaga keamanan selama tim Ungu melakoni laga di Stadion Utama Sport Center Dasana Indah, Bojong Nangka, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Seperti diketahui, Persita bakal menjamu Perserang di laga terakhir Senin (15/10) di Stadion Utama Sport Center Dasana Indah, Bojong Nangka, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Di laga terakhir ini, pendukung Persita sepakat akan menjaga kondusivitas. Dasar kesepakatan tersebut seragam. Pengalaman 8 tahun lebih menjadi tim musafir usai dikenakan sanksi oleh Komdis PSSI dan larangan dari pihak keamanan akibat aksi tawuran suporter menjadi pelajaran berharga kubu Pendekar Cisadane. Kesengsaraan dan memakan korban jiwa akibat menjadi pemacu kesepakatan, mereka enggan menerima sanksi yang merugikan tim Persita lagi. "Sengsara, sangat sengsara 8 tahun menjadi tim musafir. Ada korban suporter. Kita harus belajar dari pengalaman buruk itu. Kita butuh dukungan penonton dan suporter setia Persita untuk bisa meraih prestasi. Lihat saja betapa sulitnya kita berprestasi jika main kandang tanpa dukungan pemain ke-12 (suporter, red)," kata I Nyoman Suryanthara Manajer Persita. Harapan senada juga dikemukakan oleh Wiganda Saputra Pelatih Persita yang yakin pendukung skuat Pendekar Cisadane saat ini sudah cukup dewasa. "Sikap dewasa itu tumbuh dari tidak enaknya pengalaman menjadi tim musafir. Sekarang dengan memiliki stadion sendiri suporter harus bersama-sama dengan tim dan manajemen menjaga kondisi agar selamanya Persita berkandang di stadion baru," beber Gandul, sapaan akrab Wiganda Saputra. Di kubu pemain, seperti dikemukakan striker tim Ungu Aldi Al Achya. Kejadian yang terjadi di Bandung dan Malang diharapkan tidak terjadi di Tangerang. Aldi was-was jika kejadian itu terjadi lagi, akan membuat masa kelam Persita menjadi tim musafir kembali dialami. "Saya bangga sama suporter Persita sekarang ini. Karena selama tiga kali menjadi tuan rumah di stadion baru semua pertandingan berlangsung lancar. Semangat ini harus dipertahankan, karena saat ini tim sedang butuh dukungan suporter untuk lolos ke babak 8 besar bahkan hingga juara Liga 2," beber Aldi. "Saya yakin kesempatan Persita untuk naik ke kasta Liga 1 cukup besar tahun ini. Jadi kami dari tim berharap suporter mendukung kami secara positif tanpa anarkis," tegas Aldi. Keinginan di tubuh tim dan manajemen diamini oleh Andre "Jabrix" Herdiansyah Komandan Laskar Benteng Viola (LBV) 2001 yang menyatakan sejauh ini pihaknya berusaha menjaga kondisi yang kondusif ini terus berlangsung. Bukan hanya untuk musim ini tapi musim-musim selanjutnya. "Bahkan sekarang ini kami membentuk tim khusus untuk menjaga kondisi suporter anggota kami tetap tertib dan menjaga keamanan saat dalam perjalanan pulang dan pergi menonton Persita maupun saat pertandingan. Kami bentuk tim ini sebagai upaya kami mengeliminir tindakan-tindakan oknum suporter yang negatif," kata Jabrix yang menyebut timnya dengan nama OTT. Yang jelas kata Jabrix, mereka berusaha sekuat tenaga memberi dukungan positif buat Persita bukan saja saat pertandingan tapi juga menghindari tim idolanya dari sanksi akibat ulah suporter. "Cukup 8 tahun kami merasakan pahitnya diusir dari pertandingan tim idola kami," ucap Jabrix. Seperti diketahui, laga Derby Jawa Timur yang mempertemukan Arema FC kontra Persebaya Surabaya tercoreng ulah suporter fanatik Aremania menjelang laga dan seusai laga. Saat warming up dua suporter Aremania Yuli Sumpil dan Fandy masuk kedalam lapangan dan melakukan intimidasi kepada pemain Persebaya. Imbasnya keduanya mendapat hukuman larangan masuk stadion seumur hidupnya. Masalahnya bukan itu saja hukuman yang diterima oleh Arema FC. Tim berjuluk Singo Edan itu juga harus menerima sanksi berlaga tanpa penonton hingga akhir musim ini. Hukuman itu bukan hanya berlaku di laga home saja. Ketika Hamka Hamzah cs melakoni laga tandang, Aremania haram datang memberikan hukuman. ”Tidak hanya bagi klub yang kehilangan dukungan dari Aremania di saat posisi Arema fc di klasemen masih berada di posisi yg mengkhawatirkan, Klub juga kehilangan pendapatan,” ucap presiden klub Arema FC Iwan Budianto. ”Tentu akan berpengaruh terhadap operasional kelangsungan hidupnya. Tidak hanya pemain dan official, tapi nasib karyawan juga akan terdampak,” imbuhnya. Namun meski hukuman itu dirasa memberatkan Arema, Iwan menegaskan tidak akan mengajukan banding. Dia menerima dengan legowo atas sanksi tersebut. Baginya kejadian ini harus membangunkan rasa kesadaran suporter agar bisa mendukung timnya dengan tindakan yang positif. ”Jangankan dihukum sampai akhir musim, Sejujurnya Arema fc ikhlas jika harus dihukum 10 tahun tanpa penonton dan sanksi lainnya, asalkan mampu membawa revolusi perubahan perilaku positif bagi suporter Indonesia. Kita siap menjadi martir perubahan kebaikan dalam sepakbola kita,” ucap pria berusia 44 tahun itu. Tak cukup dengan dua sanksi itu, Arema FC juga wajib membayar denda sebesar Rp 100 Juta. Itu imbas dari aksi Aremania yang menyalakan flare dan pelemparan botol ke lapangan ketika laga usai. Sementara itu, Ketua Umum PSSI Joko Driyono mengatakan sanksi yang diberikan kepada Arema FC dan suporternya adalah bukti ketegasan aturan. Jika tidak ada sanksi atas pelanggaran yang dilakukan, PSSI sebagai induk organisasi merasa tidak adil dalam menjalankan struktur sepak bola nasional. ”PSSI memastikan setiap pelanggaran disiplin Kompetisi, mendapatkan sanksi. Tidak ada toleransi,” tegas Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono. (apw/jpg)

Tags :
Kategori :

Terkait