Cegah Kenakalan Remaja, Perkuat Konselor Sebaya

Kamis 06-09-2018,06:16 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

CIPUTAT-Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DPMP3AKB) Kota Tangsel terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidik sebaya dan konselor sebaya (PSKS) di sekolah-sekolah. Ini dilakukan guna menunjang pelayanan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja dengan prinsip ramah remaja. Untuk itu, DPMP3AKB mengadakan pelatihan PSKS bagi 75 orang dari 25 Sekolah tingkat SMA dan perguruan tinggi di Kota Tangsel. Acara berlangsung di Lantaia Empat Ruang Blandongan, Balai Kota, Rabu (5/9). Kepala Bidang Keluarga Berencana pada DPMP3AKB Kota Tangsel Ellen Hutabarat mengatakan, peranan pendidik sebaya dan konselor sebaya melalui PIK remaja penting karena saat ini arus globalisasi berjalan tak terbendung. "Kenakalan remaja dan degradasi moral saat ini sudah semakin memprihatinkan, butuh penanganan khusus untuk mengatasi persoalan tersebut," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Rabu (5/9). Ellen menambahkan, penanganan yang dimaksud adalah lebih menekankan pada aspek antisipasi atau pencegahan, baik pergaulan bebas, seks bebas, minum-minuman keras, penggunaan narkoba, tawuran maupun berbagai kenakalan remaja lain. Penanganan persoalan remaja, akan lebih efektif jika dilakukan teman sebayanya, karena tidak terkesan menggurui dan lebih mengena. Berangkat dari permasalahan itulah, DPMP3AKB berupaya melakukan pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam pengelolaan dan pengembangan PIK Remaja. Dengan pelatihan DPMP3AKB berharap peserta mampu mewujudkan remaja yang berkarakter dan berkualitas. "Peserta juga dapat memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memberikan pendidikan dan konseling kepada teman sebayanya dan khususnya di sekolah," tambahnya. Masih menurutnya, di Kota Tangsel saat baru ada 59 sekolah tingkat SMA yang sudah memiliki PSKS dan diharapkan semua memiliki ke depan memiliki PSKS. Sedangkan untuk perguruan tinggi baru ada empat yang memiliki PSKS, yakni UIN Jakarta, UMJ, Sekolah Tinggi Ahmad Dahlan dan STIKES Banten. "Kampus dan sekolah lain kedepan juga akan kita gandeng," jelasnya. Wanita berkaca mata tersebut menjelaskan, materi yang dibawakan dalam pelatihan mulai dari bagaiamana melakukan konseling, bagaimana menjadi pendengar yang baik. Peserta juga dibina, baik menjaadi konselor yang baik dan disenangi teman-temannya. Sedangkan permasalahan remaja yang sering ditemui adalah masalah soal pacaran dan itu bisa dibawa ke rumah, serta soal berantem antar siswa atau sekolah. Tugas teman sebaya sebagai konselor adalah mendengar dan bisa memberi masukan maupun jalan keluar. Jika konselor tidak bisa bantu atau pecahkan masalah bisa minta bantuan kepada guru BP yang ada di sekolah masing-masing. "Biasanya kalau ada masalah langsung diceritakan kepada guru BP murid akan sungkan. Melalui teman sebaya diharapkan siswa yang punya masalah bisa disampaikan dan tentunya identitas akan dirahasiakan," tuturnya. Sementara itu, Widyaiswara Badiklat Provinsi Banten Husnul Amri mengatakan, konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilajukan seseorang kepada orang lain dalam membuat satu keputusan. Serta bisa memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat di dalamnya. "Konseling saat ini adalah pendekatan yang tepat dan bisa dilakukan oleh teman sebaya di sekolah terhadap teman yang memiliki masalah," ujarnya. Husnul berharap, masalah apapun bisa terjaring lebih awal dengan adanya konselor, jadi tidak berkembang dan meledak seperti tawuran yang belum lama ini terjadi. "Semoga dengan pelatihan tersebut, mereka akan semakin mengoptimalkan perannya mengeduksi ataupun mendampingi remaja yang terlibat kenakalan remaja," tutupnya. (bud/esa)

Tags :
Kategori :

Terkait