Penyakit Didalam Kereta Komuter

Kamis 16-08-2018,03:29 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Sumber penyakit bisa datang dari mana saja, salah satunya kendaraan umum. Baru-baru ini, sebuah penelitian di Hong Kong mengungkapkan bahwa mikroba yang dapat 'menumpulkan' obat antibiotik juga ditemukan di dalam kereta komuter, demikian dilansir Newsweek. Mikroba sebenarnya telah hidup di sekitar kita. Mereka berkembang di mana saja dan mampu merambat di kulit. Beberapa bisa dengan mudah diobati, tetapi tak sedikit yang sulit dan dapat begitu mematikan. Salah satu yang berbahaya adalah bakteri yang tahan terhadap antibiotik. Itu sebabnya tim ilmuwan di Universitas Hong Kong ingin lebih memahami bagaimana patogen berbahaya “bepergian” dari kota ke kota dan menyebar. Mereka mempelajari sistem kereta metro di Hong Kong untuk mengamati bagaimana mikroba melakukan perjalanan di lingkungan perkotaan. Mereka ingin melacak bagaimana desain perkotaan dapat memengaruhi ekologi mikroba dan menularkan penyakit. Bagaimana hasilnya? Pertumbuhan mikroba dari dalam komuter: Gianni Panagiotou, seorang peneliti sekaligus ahli biologi dari Hans Knoell Institute di Jerman dan Universitas Hong Kong, mengatakan bahwa penyebaran mikroba pada tubuh manusia bisa begitu masif lewat komuter. Hal ini terjadi karena jumlah penumpang kendaraan umum ini bisa mencapai 5 juta jiwa per hari. Selama studi, para peneliti mengirim sukarelawan untuk bepergian dengan kereta bawah tanah saat jam sibuk pada pagi dan malam hari. Tujuannya adalah untuk mengambil sampel kulit mereka setelah melakukan perjalanan. Para peneliti ingin menyelidiki bakteri apa yang mampu berpindah tangan secara mudah dari setiap penumpang. Petugas komuter pada sistem rel kereta Hong Kong memang melakukan pembersihan pada permukaan kereta. Namun ternyata setelah diteliti, hal itu agaknya tak memberikan perubahan secara signifikan untuk menghentikan penyebaran mikroba. Mayoritas mikroba dalam komuter relatif tidak berbahaya, tetapi beberapa patogen lain yang lebih ganas juga ditemukan. Penyebaran ini terjadi secara masif pada pagi hari, sementara jam-jam senggang seperti siang dan sore cenderung turun. Melalui studi ini, para peneliti berharap agar pemerintah serta pihak-pihak yang bertanggung jawab dapat menyusun perencanaan kota dan cara-cara sistem angkutan umum lebih matang lagi. Termasuk di dalamnya aspek kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. “Studi seperti penelitian kami diharapkan dapat memandu strategi kesehatan masyarakat di masa depan dan desain angkutan umum,” kata Panagiotou.

Tags :
Kategori :

Terkait