“Ini baru penjajakan, bagaimana Kota Serang bisa bantu atau tidak. Untuk potensi PAD juga belum dihitung. Paling realisasinya tahun depan,” ujarnya.
Farach menyebut, jika penjajakan berlanjut, tahapan selanjutnya adalah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan dilanjutkan dengan perjanjian kerja sama (PKS). “Nanti tahapannya ada MoU, kemudian PKS,” katanya.
Terkait kekhawatiran Kota Serang menjadi tujuan pembuangan sampah dari berbagai daerah, Farach menegaskan bahwa skema kerja sama tidak akan mengarah pada penumpukan sampah tanpa pengolahan.
“Tidak hanya menaruh sampah. Yang dilihat itu pemrosesannya seperti apa. Umur TPA berapa tahun, pengelolaannya bagaimana, itu semua dikaji dulu sebelum disampaikan secara lengkap ke pimpinan,” pungkasnya.
Sementara itu, Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie enggan menjawab pertanyaan wartawan terkait maksud kedatangannya ke Pemerintah Kota Serang. “Silahkan tanyakan aja ke pihak humas ya,” singkatnya.
Menariknya, wacana kerja sama pengelolaan sampah antara Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan sejatinya bukan hal baru. Kedua daerah tercatat pernah menjalin kerja sama serupa pada periode 2021–2023. Kesepakatan tersebut ditandatangani saat Wali Kota Serang dijabat Syafrudin dan Wali Kota Tangerang Selatan dipimpin Airin Rachmi Diany.
Namun, kerja sama yang sempat berjalan selama tiga periode tersebut akhirnya dihentikan. Sejumlah faktor menjadi pertimbangan, dengan alasan paling kuat diduga berasal dari penolakan warga di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong terhadap aktivitas pengelolaan sampah lintas daerah.
Setelah berselang beberapa tahun, komunikasi antara Pemkot Tangerang Selatan dan Pemkot Serang kembali terjalin. Langkah ini dinilai sebagai upaya awal Pemkot Tangsel untuk mencari solusi atas persoalan sampah yang kembali mengemuka di wilayahnya, sekaligus membuka peluang dilanjutkannya kembali kerja sama antardaerah.(ald)