Kelangkaan Garam Menyebar Se-Banten

Jumat 28-07-2017,08:21 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

SERANG– Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten sampai kemarin mencatat kelangkaan garam di beberapa kabupaten dan kota. Bahkan, untuk wilayah Serang persediaan garam konsumsi sudah mulai kosong. “Laporan stok sudah mulai kosong beberapa hari ini di stokis di distributor. Terutama garam konsumsi di Serang,” kata Kepala Dinas Perindustrian (Disperindag) Banten Babar Suharso, Kamis (27/7). Selain itu, di wilayah Tangerang juga menurut Babar persediaan garam sudah menipis. Bahkan di Pasar Induk Tanah Tinggi Kota Tangerang, garam sudah tidak ada. Begitu pun di Pasar Induk Rau, Serang, persediaan garam sangat tipis. Babar mengatakan, saat ini tim dari Disperindag sedang melakukan survei di beberapa pasar di daerah Pandeglang, Lebak sampai ke Cilegon soal ketersediaan garam di pasaran. Sementara ini, akibat kelangkaan harga garam konsumsi, harga garam mulai naik. “Jadi harga sudah agak naik jadi Rp 6.300 sampai Rp 6.500. Terdeteksi di Serang yang sudah langka tidak hanya di pasar, dari stoknya juga sudah langka, Tangerang lagi kita pantau," ucapnya. Selama ini pasokan garam ke Banten berasal dari Jawa Tengah. Babar mengatakan, pihak Disperindag sedang memastikan tidak ada garam industri merembes ke pasaran. Di Pasar Induk Rau Serang, garam konsumsi kemasan kotak-kotak tak ditemukan di pedagang. Kebanyakan mereka menjual garam ukuran kecil seperempat kilogram dengan kenaikan harga sampai 100 persen lebih. “Garam ukuran seperempat kilogram harga biasanya 1000. Sekarang 3000. Garam-garam kotak-kotak stoknya nggak ada,” kata Irul pedagang di Pasar Induk Rau. Kelangkaan garam belakangan ini hampir pasti bakal mendapatkan solusi. Sebagaimana komoditas lainnya, pemerintah memutuskan mengambil jalan pintas dengan kembali membuka keran impor. Kepastian kuota impor wan waktyu pelaksanaannya bakal ditentukan setelah pihak Kementerian perdagangan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan  bertemu. Presiden Joko Widodo mengakui, persoalan pasokan garam menjadi salah satu hal yang diadukan para bupati, walikota, dan gubernur. “Hujan sekarang ini agak mundur (selesainya), sehingga produksi garam di petani juga apa suplainya agak turun,” terangnya usai membuka Rakornas Pengendalian Inflasi di Jakarta kemarin (27/7). Dia menjanjikan persoalan pasokan dan distribusi garam bisa selesai. Hanya, Presiden tidak langsung menyebut bentuk penyelesaian yang diambil pemerintah. Meskipun demikian, dia langsung memasukkan bahasan tersebut ke dalam pertemuan dengan menteri-menteri ekonomi kemarin siang. Termasuk di dalamnya menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Enggar menuturkan, persoalan utama saat ini memang ada pada garam konsumsi. “Sebab, panennya gagal,” ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan kemarin. Karena itulah, kebijakan impor mau tidak mau harus diambil untuk bisa menstabilkan harga. Disinggung kapan dan teknis pelaksanaan impornya, Enggar belum bisa memastikan. Yang jelas, impor akan dilakukan dalam waktu dekat. “Kami harus bertemu dulu dnegan KKP, karena untuk (impor) garam konsumsi harus ada rekomendasi dari sana,’’ lanjutnya. Hal itu diatur dalam UU nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam. Meskipun demikian, pihak yang akan mengimpor garam sudah ditentukan. Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan, yang boleh mengimpor garam konsumsi hanya BUMN yang terkait, dalam hal ini PT Garam. “Begitu kita bilang (umumkan) bahwa segera impor garam konsumsi untuk memenuhi kebutuhan, langsung bergerak turun harganya,” janjinya. Beberapa waktu belakangan kelangkaan garam memang terjadi di sejumlah tempat. Laporan JPNN (grup Tangerang Ekspres) di Probolinggo misalnya, para nelayan mengeluh harga garam naik hingga enam kali lipat. Akibatnya, biaya produksi ikan asin ikut melejit. Mengingat, untuk mengolah satu kilogram ikan asin dibutuhkan satu kilogram garam. Sebelumnya, para nelayan tersebut membeli garam gosok dengan harga Rp 400 per kilogram. Namun, saat ini harganya sudah mencapai Rp 2.500 per kg. Karena biaya produksi tinggi, keuntungan pun makin menipis karena nelayan tidak bisa begitu saja menaikkan harga jual ikan asin secara signifikan. (jpg/bha)

Tags :
Kategori :

Terkait