Ricuh Gara-gara Anak STM

Jumat 09-10-2020,04:00 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

CURUG-Elemen buruh dan pekerja yang menggelar aksi di Kabupaten Tangerang gagal ke Jakarta. Jalan menuju Jakarta diblokade polisi. Di tengah keriuhan demonstrasi, polisi mendeteksi adanya pelajar yang tergabung dalam aksi buruh. Pantauan Tangerang Ekspres, sekira pukul 11.00 WIB ribuan buruh dari berbagai elemen menggelar aksi di Jalan Raya Serang kilometer 11, Bitung, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang. Mereka membawa dua mobil komando hingga menutup dua arah jalan. Keberadaan pelajar STM yang berada di tengah pendemo, terdeteksi. Polisi meminta untuk dipisahkan dari barisan. "Mungkin anak-anak ini ada yang orang tuanya sebagai buruh. Sehingga perlu untuk membantu perjuangan orang tuanya," kata salah seorang pendemo yang memakai topi biru berbicara dari mobil komando. Hal ini dijawab tegas oleh Kapolresta Tangerang Kombespol Ade Ary Syam Indradi. "Mohon untuk massa aksi yang tidak mengenakan baju serikat untuk memisahkan diri. Kita layani kawan-kawan buruh untuk menyampaikan pendapat di muka umum," tegasnya. Tim negosiator dari serikat buruh dan pekerja mendatangi kapolres. Mereka bernegosiasi. Buruh memastikan tidak ada penyusup dan meminta untuk dibukakan akses menuju Jakarta. Tetapi sikap kapolres jelas, meminta pelajar STM dipisahkan dari barisan. Dengan alasan masih kategori anak-anak. Tawaran ini membuat buruh menyerah. Mereka menyerahkan pelajar STM yang tergabung dalam barisan ke polisi. Saat digiring masuk ke dalam PT Universal Respati Turbine Engineering, sempat terjadi kericuhan. Ada salah satu pelajar yang berusaha kabur dari giringan polisi. Polisi mengejar pelajar itu. Hal ini memancing keributan dan membuat situasi tidak terkendali. Lemparan batu berseliweran baik dari arah buruh maupun arah pelajar STM. "Buruh balik ke barisan buruh. Saya perintahkan balik ke barisan," teriak salah seorang dari mobil komando. "Tenang-tenang adik-adik STM ini aman. Saya jaminannya. Saya kapolres jaminannya. Mereka hanya khawatir dan takut. Janga takut. Tidak apa-apa saya jaminannya. Silakan lanjutkan penyampaian aspirasi. Kami layani," tegas Ade menggenukan pengeras suara. Seruan kapolres tersebut membuat situasi terkendali. Namun, massa aksi meminta kejelasan jaminan keamanan pelajar STM yang ditempatkan di PT Universal Respati Turbine Engineering. Aksi sempat terhenti dan tim negosiator buruh kembali mendatangi kapolres mendesak adanya langkah pasti untuk memastikan keamanan pelajar. "Kita jamin keamanan pelajar STM dan buruh menyampaikan aspirasi sesuai jadwal. Nanti kita bawa ke kantor untuk didata dan dikembalikan ke orang tuanya masing-masing," kata Kapolres. "Baik kawan-kawan. Merapat ke mobil komando. Kita diskusi apakah kita akan memaksakan bergabung ke Jakarta atau menginap di sini. Adik-adik pelajar pasti aman dan sudah mendapat jaminan polisi," kata orator dari mobil komando. "Kita sudahi aksi sampai hari ini. Nanti kita berkomunikasi dengan pimpinan kita di pusat tentang langkah selanjutnya. Apakah kita besok aksi atau kita lakukan tindakan hukum. Jangan sampai ada opini apapun, kita sama-sama berjuang. Terima kasih pak polisi atas jaminan terhadap adik-adik pelajar kita," lanjut orator. Sementara, Presidium Aliansi Buruh Banten Bersatu Jayadi mengatakan, tujuan aksi untuk mendesak pemerintah mencabut Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) yang telah disahkan oleh DPR RI. "Harusnya polisi bisa menghargai, kecuali kami melanggar aturan seperti tidak adanya surat pemberitahuan. Terjadinya kemacetan bukanlah salah kami. Kawan-kawan bisa lihat yang memblokade jalan itu adalah aparat kepolisian sendiri," jelasnya. (sep)

Tags :
Kategori :

Terkait