Polresta Siap Hadapi Situasi Terburuk

Senin 06-04-2020,05:36 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

TIGARAKSA-Wabah virus Corona, bisa berdampak sosial. Paling ekstrem dapat memicu penjarahan. Polresta Tangerang sudah menyiapkan skenario untuk mengantisipasinya jika terjadi situasi terburuk. Polresta Tangerang menggelar Tactical Floor Game (TFG) Sistem Pengamanan Kota (Sispamkota) Kontingensi dalam Karantina wilayah Parsial Operasi Aman Nusa II Kalimaya 2020 di Gedung Serba Guna (GSG) Puspemkab Tangerang, Sabtu (4/4). Sistem ini dipersiapkan untuk antisipasi ketika penyebaran Corona di luar dugaan dan mengharuskan dilakukan karantina wilayah total. Kapolresta Tangerang, Kombespol Ade Ary Syam Indradi mengatakan harus mempersiapkan diri menjaga keamanan wilayah, agar tidak terjadi penjarahan atau tidak kriminal massal. Ia menerangkan, dalam kegiatan itu disimulasikan adanya pasien dalam pengawasan (PDP) dalam satu rentang waktu dan di satu tempat. Salah satu skenario dalam kegiatan itu, ujar Ade, adalah saat anggota mendapat informasi adanya PDP di satu wilayah. Anggota kemudian melaporkan kejadian itu ke kapolsek. Lalu kapolsek membangun koordinasi dengan puskesmas untuk diambil tindakan lebih lanjut dan memerintahkan selalu warga menjaga jarak serta menggunakan alat pelindung diri (APD). "Kapolsek kemudian melaporkan dan meminta petunjuk kepada kapolres terkait kejadian tersebut. Kapolres menginstrusikan agar kapolsek memeriksa lokasi dengan berkoordinasi dengan unsur lain seperti MUI, Koramil, dan Puskesmas," papar Ade kepada Tangerang Ekspres, Sabtu (4/4). Pada lain sisi, terang Ade, Kapolres berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang untuk mengirim unit ambulans dan tenaga medis agar PDP segera dibawa ke rumah sakit. Sedangkan dinas kesehatan, tambah Ade, melaporkan peristiwa itu ke Bupati Tangerang. "Kapolres lalu memerintahkan Kepala Bagian Operasi agar berkoordinasi dengan Kasat Lantas, Kasat Sabhara, dan kapolsek jajaran untuk menyiapkan pengawalan ambulans," papar Ade. Dikatakan Ade, selain membuat simulasi adanya PDP, diskenariokan juga terjadinya kelangkaan bahan pokok. Bila situasi itu terjadi, terang Ade, Kapolres akan memerintahkan Kasat Intel untuk memeriksa persediaan sembako di lapangan. Setelah mendapatkan laporan, Kapolres akan membuat petunjuk arahan kepada kapolsek untuk melakukan pemeriksaan langsung ke pasar. Kapolres juga memerintahkan Kasat Intel untuk berkoordinasi dengan dinas perindustrian dan perdagangan Kabupaten Tangerang terkait langkah-langkah untuk mengantisipasi kelangkaan sembako. "Koordinasi untuk segera menentukan langkah sebagai upaya mendatangkan dan menambah sembako agar situasi bisa menjadi stabil kembali," kata Ade. Skenario ketiga, tambah Ade, adalah saat terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Pola penanggulangannya, terang Ade, hampir sama dengan skenario kedua. Bedanya, kata Ade, koordinasi akan dilakukan kapolres langsung ke bupati. Sedangkan skenario keempat, ujar Ade, adalah saat terjadinya penjarahan pasar. Saat itu terjadi, terang Ade, anggota dipimpin perwira langsung bergerak ke lokasi. Pada saat yang sama, Kasat Sabhara dan Kasat Lantas segera menyiapkan pasukan untuk dikirim ke lokasi. "Kapolres juga akan memerintahkan kasat reskrim untuk meluncurkan tim reaksi cepat ke lokasi. Kapolres juga akan memberikan peringatan kepada pelaku penjarahan untuk menyerahkan diri," ujar Ade. Artinya dilakukan langkah humanis terlebih dahulu. Sedangkan skenario kelima adalah saat diasumsikan terjadinya konflik sosial. Bila itu terjadi, kata Ade, kapolres akan memerintahkan dilakukan penyekatan. Kapolres pun, kata Ade, akan melaporkan ke kapolda untuk meminta bantuan personel baik dari unsur Brimob atau Sabhara Polda. "Selanjutnya Kapolres memerintahkan Kasat Sabhara untuk menurunkan tim negosiasiator guna meredakan situasi," kata Ade. Dikatakan Ade, Kapolres akan mengambil tindakan dan memerintahkan untuk melakukan pengendalian massa dan terus memberikan imbauan agar massa tidak berbuat anarkistis. Bila situasi meningkat, lanjut Ade, Kapolres akan memerintahkan untuk melakukan pengendalian massa lebih intensif dengan dilengkapi peralatan khusus kepolisian. Pada lain sisi, anggota satuan intel akan mencari dan menandai provokator. "Bila eskalasi massa terus meningkat dan brutal, maka dilakukan pergantian pasukan menjadi Pasukan Anti Huru-Hara Brimob," terang Ade. Ia menambahkan, skenario yang dirancang sebagai bahan praktik di lapangan. Namun dia mengingatkan, situasi yang mungkin terjadi bisa saja tidak persis sama. Oleh karenanya, dia meminta anggota untuk selalu siaga dan meningkatkan sinergitas dengan TNI dan unsur lain. (sep)

Tags :
Kategori :

Terkait