CILEGON – Ibu Kota kembali dipenuhi mereka yang sudah selesai dari mudik. Salah satu pintu kedatangan tersebut berasal dari pelabuhan. Pelabuhan Merak Cilegon menjadi pintu menuju Jawa, terutama Banten dan Jakarta. Kemarin (2/7) Pelabuhan Merak, masih lengang. Begitu juga di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Sebelumnya, pemudik memang lebih banyak dari Jawa. Puncak arus balik melalui pelabuhan tersebut memang terjadi pada Sabtu lalu (1/7). Dari Sabtu pukul 08.00 hingga 20.00 ada 513.378 pemudik yang kembali melalui Pelabuhan Bakauheni. “Kalau sampai hari ini (kemarin pagi pukul 08.00), jumlahnya mencapai 574.942 pemudik,” tutur Vice President Services and Assurance PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry, Rizki Dwianda. Artinya pada Minggu pagi hanya ada 61.564 pemudik saja. Jumlah pemudik yang kembali dari Pelabuhan Bakauheni baru sekitar 61 persen dari total pemudik yang datang. Pada mudik tahun ini, terdapat 943.371 orang yang datang ke Sumatera melalui Pelabuhan Bakauheni. Sebanyak 368.429 orang hingga kemarin pagi masih berada di Sumatera. Jumlah yang hampir sama juga ditunjukkan dari total kendaraan yang kembali melalui Pelabuhan Bakauheni. Sekitar 62 persen atau 121.988 kendaraan yang kembali melalui pelabuhan itu. “Yang masih di Sumatera sekitar 75.262 unit,” beber Rizki. Rizki menuturkan bahwa sejak pagi hingga petang, tak ada antrean di pintu masuk Pelabuhan Bakauheni. “Sisa pemudik diprediksi akan terdistribusi secara normal mengikuti libur anak sekolah,” katanya. Menurut pantauannya, mudik melalui Pelabuhan Bakauheni tahun ini cukup kondusif. Tidak ada masalah berarti yang dilakukan petugas maupun pemudik. Sementara itu, Pengaturan arus mudik dan balik lebaran 2017 dengan tajuk operasi Ramadniya memang berjalan efektif. Buktinya, angka kecelakaan sejak H-6 pada Senin (19/6) hingga H+6 Sabtu (1/7) bila dibandingkan dengan tahun lalu menurun 1.211 kecelakaan dengan presentase 30,9 persen. Muncul apresiasi dari sejumlah pihak atas penurunan angka kecelakaan tersebut. Sesuai catatan Polri, pada arus mudik dan balik 2016 terjadi 3.916 kecelakaan sejak H-6 hingga H+6. Namun, pada tahun ini hanya terjadi 2.705 kecelakaan. Dengan begitu angka kecelakaan turun 1.211 kejadian. Tentu saja, dengan turunnya angka kecelakaan, jumlah korban juga menurun. Untuk korban meninggal dunia pada 2016 mencapai 1.093 orang, penurunan mencapai presentasi 54 persen dengan angka 502 orang pada arus mudik dan balik tahun ini. Dalam kecelakaan arus mudik dan balik 2017 ada 4.514 kendaraan yang terlibat kecelakaan. Sebagian besar kendaraan yang terlibat kecelakaan itu merupakan sepeda motor dengan angka 3.258 kendaraan. Walau kecelakaan didominasi sepeda motor, namun angka kecelakaan sepeda motor juga terjadi penurunan dengan presentase 36,7 persen dari 5.154 sepeda motor pada 2016 menjadi 3.258 pada arus mudik dan balim 2017. Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Kombespol Martinus Sitompul mengungkapkan, memang kecelakaan terbanyak terjadi pada sepeda motor. Hal itu dikarenakan sepeda motor memang bukan kendaraan yang ditujukan untuk perjalanan jarak jauh seperti mudik. “Sejak dulu sudah dihimbau untuk tidak mudik menggunakan sepeda motor,” paparnya. Ke depan, lanjutnya, tentu perlu dicari solusi agar masyarakat tidak mudik dengan sepeda motor. “Ini tugas bersama, Polri dan semua kementerian,” terang mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut. Menurutnya, sebaiknya masyarakat yang mudik menggunakan kendaraan umum. Mengingat angka kecelakaan kendaraan umum sangat kecil, pada 2017 ini jumlag bus yang terjadi kecelakaan hanya 95 kendaraan. “Angka itu juga turun dari arus mudik dan balik 2016 yang mencapai 740 kendaraan,” terangnya. Terkait puncak arus balik, dia menjelaskan bahwa telah dilakukan sejumlah langkah untuk mengurai kepadatan. Untuk di tol Cipali di km 72 dilakukan pengalihan arus menuju ke Panturan Barat, Cirebon dan Palimanan. “Dilakukan juga contra flow di area itu,” jelasnya. Soal penyebab kemacetan, dia mengatakan bahwa selain puncak arus balik, rest area yang overkapasitas telah turut andil dalam kemacetan tersebut. “Rest area tidak cukup menangmpung pengendara yang ingin istirahat. Akhirnya, banyak yang berhenti di bahu jalan dan menimbulkan bottleneck atau penyempitan,” ujarnya. Masa angkutan lebaran 2017 segera berakhir. Posko angkutan lebaran pun akan ditutup hari ini (3/7) pukul 24.00 WIB nanti. Dari kegiatan yang telah berjalan, mulai dari arus mudik hingga arus balik dinilai jauh lebih baik dari penyelenggaran pada tahun sebelumnya. Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menuturkan, keberhasilan ini bisa terwujud karena koordinasi yang baik antar kementerian/lembaga. Yang paling penting, adalah adanya satu komando di lapangan. “Sebelumnya kan sendiri-sendiri ya. Tahun ini sudah satu komando di Kakorlantas. Jadi bisa lebih cepat untuk pengambilan keputusan,” tuturnya saat dihubungi, kemarin (2/7). Meski tak ada kejadian menonjol seperti tragedi Brebes Exit (Brexit) tahun lalu, penyelenggaraan angkutan lebaran ini masih bisa mengantongi nilai sempurna. Djoko memiliki beberapa catatan merah. Seperti misalnya, manajement rest area yang buruk. Seolah tak belajar dari tahun-tahun yang lalu, pada 2017, rest area masih menjadi salah satu penyebab utama kemacetan lalu lintas di ruas jalan tol. Terlihat pada arus mudik lalu. Pemudik harus terjebak berjam-jam untuk melalui tol Jakarta-Cikampek karena aktivitas keluar masuk rest area. Dan, itu kembali terjadi pada arus balik ini. “Memang lebih baik macet di titik start dari pada di ujung. Karena dengan begitu, masyarakat bisa pikir-pikir dulu lewat mana. Bukan terjebak di dalam. Tapi tetap saja, ini manajement masih buruk,” ungkapnya. Harusnya, kata dia, kepolisian bisa lebih tegas untuk mempercepat aktivitas pemudik di rest area. Bila memang dirasa terlalu lama, bisa segera diminta bergeser. Selain itu, pihak operator jalan tol bersama dengan kepolisian harus memberi informasi sejak 1 Kilometer sebelum rest area jika memang ditutup atau padat. Sehingga, tak ada antrean di bahu kiri jalan. “Kadang ini yang tidak diberitahu. Kalau ada informasi kan kendaraan bisa langsung jalan,” ujar akademisi Universitas Kristen Soegijapranata itu. Untuk evaluasi angkutan penumpang, Djoko menuturkan tak ada catatan khusus. Menurutnya, seluruh moda sudah menunjukkan kemajuan dibanding sebelumnya. Moda angkutan darat misalnya. Usai kembali diambil alih Kementerian Perhubungan (Kemenhub), hampir seluruh terminal tipe A telah diperbaiki. Tak ada lagi namanya toilet yang tak layak. Kecuali di daerah DKI Jakarta, yang memang hingga kini masih berada di tangan kepala daerah. “Armadanya sendiri sudah banyak upgrade. Ada bus tingkat misalnya. Tapi memang, untuk rute jarak jauh sulit untuk ditambah. Karena orang juga pasti lebih naik pesawat biar gak lelah,” jelasnya. Moda kereta api dan udara pun sama. Performa dinilai maksimal. Tak ada laporan delayed panjang hingga menyebabkan penumpukan penumpang. “Penyeberangan pun sama. Tak ada antrean panjang. Roda dua dan empat sudah dipisah. Hanya saja memang harus diperketat lagi soal manifest,” tegasnya.(jpg/bha)
PEMUDIK BELUM SEMUANYA BALIK
Senin 03-07-2017,09:31 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :