PPI Dilarang Latih Paskibra, Inspektorat Selidiki Dispora Kota Tangsel

Jumat 09-08-2019,05:29 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

CIPUTAT-Kasus kematian calon pasukan pengibar bendera (Paskibra) Kota Tangsel Aurellia Quratu Aini (16) terus bergulir. Polres Tangsel dan Inspektorat saat ini sedang melakukan investigasi untuk mencari penyebab wafatnya, siswi kelas II SMA Al Azhar BSD tersebut. Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, investigasi sedang dilakukan dua institusi. Polres Tangsel dan Inspektorat. Polres Tangsel menyelidiki ada tidaknya pelanggaran pidana. Sementara Inspektorat menyelidiki Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Tangsel selaku penanggung jawab pelatihan paskibra dan Purna Paskibraka Indonesia (PPI). "Dua objek ini sudah ditangani unit yang kompeten. Menurut saya kita gunakan saja hasil kerja dari dua unit ini," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Kamis (8/8). Kasus meninggalnya Aurel (panggilan Aurellia Quratu Aini) memang menjadi sorotan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dalam rekomendasinya, KPAI meminta Pemkot Tangsel melakukan investigasi mendalam mengenai sistem pelatihan paskibra. Pria yang biasa disapa Pak Ben itu menegaskan, surat yang dilayangkan KPAI agar pemkot melakukan investigasi dinilai tidak tepat. Karena, untuk investigasi terkait hukum pidana sudah dilakukan polres. Pemkot Tangsel akhirnya mengambil tindakan tegas. Melarang PPI Kota Tangsel melatih paskibra. Menurutnya, yang melatarbelakangi PPI dilarang terlibat lagi karena saat ini calon paskibra bergabung dengan pasukan TNI. "Larangan PPI melatih calon paskibra ini saya berlakukan sejak kejadian meninggalnya Aurellia. Calon paskibra ini akan masuk karantina mulai 11 Agustus mendatang di Hotel Marylin," tambahnya. Masih menurutnya, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pola pelatihan kedepan akan dievaluasi. Pak Ben memerintahkan agar pelatih atau seniornya tidak boleh menyentuh fisik calon paskibra. "Tidak boleh lagi ada hukuman fisik yang memberatkan, contohnya phus up dan harus ada standar opersional prosedurnya. Pelatih juga harus punya sertifikat dan harus jelas siapa yang mengeluarkan dan melatihnya. PPI tugasnya mengorganisir mulai dari perekrutan. Namun, mereka tetap terlibat dalam titik-titik tertentu," tuturnya. Sebelumnya diberitakan, Komisioner KPAI, Retno Listyarti, telah berkomunikasi dengan keluarga Aurel. Pengakuan ayah Aurel kepada KPAI, Aurellia Qurratuaini meninggal dunia 1 Agustus 2019 di rumahnya, Kompleks di Taman Royal 2, Cipondoh, Kota Tangerang. Siswa Kelas XI MIPA 3 SMA Islam Al Azhar BSD sebelum meninggal dunia, diduga mendapat kekerasan fisik dari oknum seniornya. Aurel mengikuti latihan paskibra sejak 9 Juli 2019. Sepekan latihan penuh, hanya libur di hari Jumat. Latihan dimulai pukul 06.00-17.00 WIB. Ada kejanggalan dalam sistem pelatihan. Ada kegiatan ketahanan fisik berupa berlari setiap hari dengan ransel di punggung yang berisi 3 kg pasir, 3 liter air mineral dan 600 liter air teh manis. Berlari dengan beban di punggung, tidak lazim dalam suatu pelatihan bagi paskibra. Korban mengaku pernah ditampar seniornya. Pernah diperintahkan makan jeruk sekulit-kulitnya, hal ini membahayakan kesehatan pencernaan seorang anak. Aurel diperintahkan melakukan push up dengan mengepal tangan, sehingga menimbulkan luka pada tangannya. Aurel mengaku ada 4 temannya yang tidak mengumpulkan buku diary, kemudian berimbas pada perobekan buku diary satu tim. Ia diperintahkan untuk menulis kembali dari awal dengan tulisan tangan, hal ini sempat dikeluhkan korban karena dia sangat kelelahan menulis kembali diary yang disobek oleh seniornya. "Kekerasan dalam bentuk apapun dan dengan tujuan apapun tidak dibenarkan. Kekerasan tidak diperkenankan juga meski dengan alasan untuk mendidik dan mendisiplinkan. Kekerasan Fisik juga tidak ada hubungannya dengan ketahanan fisik. Jadi sulit dipahami akal sehat ketika pasukan pengibar bendera dilatih dengan pendekatan kekerasan dan bahkan dilatih ketahanan fisik dengan berlari membawa beban berat di punggungnya, apalagi anggota paskibra tersebut semuanya masih usia anak," kata Retno Listyarti. Pantauan Tangerang Ekspres di Lapangan Cilenggan Serpong tempat calon paskibraka dan anggota TNI berlatih, pelatihan dipimpin oleh anggota TNI dari Yonkav 9 Serpong. Mereka terlihat serius dan konsentrasi berlatih bersama-sama. Masih terlihat senior atau anggota PPI, namun, tidak melatih. Hanya mengawasi saja. Pelatih Paskibra dari Yonkav 9 Serpong Letda.Kav.Lanang mengatakan, anggota PPI tidak terlibat langsung dalam pelatihan. Namun, hanya mendampingi saja. "Semua latihan kita yang memimpin, terutama penyamaan gerakan diperhalus lagi. Saat ini latihan sudah mencapai 70 persen," singkatnya. (bud)

Tags :
Kategori :

Terkait