Ribuan Jiwa Terdampak Banjir Kaltim dan Sultra

Kamis 13-06-2019,03:23 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Jakarta -- Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebanyak 5.386 kepala keluarga atau 16.385 jiwa terdampak banjir di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Mereka tersebar di sejumlah kelurahan dan desa di Kutai Kartanegara. "Jumlah warga terdampak Banjir per tanggal 11 Juni 2019, 5.386 KK atau 16.385 jiwa," kata Sutopo dikutip Antara, Rabu (12/6). Sutopo menjelaskan, banjir terjadi akibat intensitas dan curah hujan tinggi yang mengguyur Kutai Kartanegara dan sekitarnya sejak Sabtu (8/6) pukul 20.00 Wita hingga Minggu (9/6) pukul 05.00 Wita. Sutopo mengatakan tidak ada korban jiwa maupun pengungsi karena masyarakat memilih tinggal di rumah keluarga terdekat. Mereka juga sudah kembali ke rumahnya untuk membersihkan sisa material banjir. Banjir melanda dua kecamatan, yaitu Tenggarong terdiri dari 11 kelurahan/desa terdampak dan Tenggarong Sebrang dengan 7 desa terdampak. Intensitas dan curah hujan tinggi juga menyebabkan terjadi longsor di 10 titik. Total dampak kerugian masih didata, sementara yang dilaporkan adalah satu rumah rusak berat, tiga rumah rusak ringan dan satu tempat ibadah rusak ringan. Selain intensitas dan curah hujan tinggi, banjir dan longsor juga disebabkan oleh drainase yang buruk sehingga menyebabkan air meluap ke permukiman warga. "Beberapa rumah warga juga ada yang dibangun di lereng bukit sehingga tertimbun longsor dan terancam longsor," tutur Sutopo. Secara umum, hingga Selasa (11/6) banjir sudah mulai surut dan kondisi masyarakat sudah berangsur normal. Cuaca secara umum masih mendung dan turun hujan ringan hingga sedang. "Kebutuhan yang mendesak adalah alat berat untuk membersihkan material longsor, alat kebersihan dan terpal," katanya. Sultra Tanggap Darurat Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menetapkan masa tanggap darurat bencana alam dan konflik sosial selama 14 hari dari 10-24 Juni. Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi meminta bantuan pemerintah pusat dalam menangani dampak banjir dan tanah longsor di Kabupaten Konawe Utara, Konawe, Konawe Selatan, dan Kolaka Timur, serta konflik sosial di Kabupaten Buton. "Saya selaku Gubernur Sulawesi Tenggara mewakili pemerintah daerah setempat mengharapkan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial dalam rangka mempercepat penanganan bencana banjir dan tanah longsor serta konflik sosial yang terjadi," katanya saat mendampingi Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengunjungi Posko Logistik Bencana Korem 143/HO Kendari, di Kendari, Rabu (12/6) dikutip dari Antara. "Kami yakin dan percaya Presiden RI sangat menyayangi masyarakat seluruh Indonesia, khususnya yang ada di Sulawesi Tenggara yang terkena dampak banjir," ia menambahkan. Menteri Sosial tiba di Posko Induk Logistik di Korem Kendari untuk menyerahkan bantuan senilai Rp3,7 miliar serta enam kontainer bahan pokok bagi korban bencana alam dan konflik sosial. Gubernur Sulawesi Tenggara menerima bantuan itu lalu secara simbolis menyerahkannya kepada korban bencana. "Bantuan dari Kemensos hari ini merupakan bantuan awal, dan untuk selanjutnya akan tetap kita berikan sepanjang pemerintah provinsi mengirimkan surat ajuan terkait kebutuhan yang mendesak," kata Menteri Sosial. Ia menambahkan bahwa khusus kepada warga yang rumahnya rusak akibat konflik sosial yang terjadi di Buton, pemerintah akan memberikan bantuan dana rehabilitasi sebesar Rp15 juta per keluarga. Diketahui, curah hujan tinggi di wilayah Sultra menyebabkan banjir di sejumlah wilayah di Sultra. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut banjir ini membuat puluhan ribu warga mengungsi dan membuat banyak rumah rusak. Sementara, bentrok terjadi antara warga Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya di Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton, Sultra, dan menyebabkan 87 rumah terbakar dan dua orang meninggal dunia.(cnn)

Tags :
Kategori :

Terkait