Keramas Merang Sambut Ramadan, Menjaga Tradisi yang Sudah 20 Tahun

Senin 06-05-2019,05:04 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

TANGERANG - Menyambut bulan suci ramadan, ratusan warga Babakan, Kecamatan Tangerang melakukan ritual mandi dan keramas merang di Sungai Cisadane, Sabtu (4/5). Ritual tersebut sudah menjadi tradisi yang dilaku nwarga Kampung Babakan untuk menyambut bulan Ramadan, dimana seluruh badan harus suci agar khusyuk menjalankan ibadah puasa. Sejak dahulu, para sesepuh Kampung Babakan selalu melakukan mandi serta keramas merang. Bahan yang digunakan untuk keramas bukan dari sampo, melainkan gabah padi yang dibakar dan arangnya dijadikan bahan untuk keramas merang. Walikota Arief R Wismansyah yang hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan, tradisi keramasan merang merupakan acara yang setiap tahun diadakan untuk menjaga budaya Kota Tangerang agar tidak punah. "Keramasan ini dilakukan oleh warga Babakan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan. Kegiatan ini juga merupakan budaya masyarakat lokal, dimana harus tetap dijaga dan dilestarikan. Saya berterimakasih kepada para tokoh untuk memperkenalkan tradisi ini kepada anak-anaknya, agar budaya ini menjadi bagian dari budaya Kota Tangerang dan berharap tidak punah dan juga mereka harus menjaga Sungai Cisadane,"ujarnya Arief menjelaskan, selain menjaga kelestarian keemasan merang, acara tersebut juga bertujuan untuk menjaga tali silaturahmi antara warga Kota Tangerang. "Ritual siraman itu tidak hanya dimaksudkan untuk membersihkan badan dan mempererat tali silaturahmi, tetapi juga disimbolkan untuk membersihkan hati menjalang ramadan. Jika hati kita bersih pastinya indah kita khusuyuk,"paparnya. Camat Tangerang Agus Hendra menambahkan, tradisi keramas merang sudah dilakukan oleh warga kampung Babakan sejak 20 tahun lalu. Para pendahulu atau sesepuh kampung Babakan selalu menggelar tradisi keramas merang sebagai bentuk menyambut ramadan serta mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. "Alhamdulillah tradisi ini masih tetap kita jaga dan lestarikan, karena ini sebuah budaya maka kita harus lestarikan untuk nantinya bisa kita ceritakan ke anak cucu kita bahwa ada tradisi keramas merang. Untuk masalah keamanan kita siapkan tim BPBD Kota Tangerang dimana akan menjaga para warga yang mandi dan berenang di sungai Cisdane,"ungkapnya. Kusnadi (40) warga asli kampung Babakan mengaku, ritual mandi di sungai Cisadane sudah dilakukan sejak dia masih anak-anak. Dari kondisi air di sungai Cisadane sangat jernih dan bersih, hingga keruh dan banyak sampah seperti saat ini. "Dulu air di Cisadane bersih tida ada sampah bahkan menjadi sumber air bagi warga Babakan. Walaupun kondisi sungai Cisadane tidak seperti dulu, tapi tetap menjalankan keramas merang. Karena ini sudah seperti tradisi bagi kami dan tidak bisa dipisahkan,"tuturnya. Kusnadi menuturkan, ritual ini berawal dari kebiasaan warga yang melakukan keramas dengan menggunakan merang. Merang adalah bekas tangkai padi yang telah diolah sedemikian rupa, digunakan warga di zaman itu sebelum mengenal adanya sampo.  Mandi Merang merupakan salah satu bentuk tradisi masyarakat Betawi, dimana batang padi itu dibakar lalu direndam. Selanjutnya, dioleskan ke seluruh tubuh lalu dibilas dengan air. Saat itu, merang menjadi pengganti sampo dan sabun. "Dulu tidak kenal sampo, orang tua kami pakai merang buat keramas, tapi sekarang sudah dicampur ada yang pakai sampo ditambah merang. Soalnya, merang ini susah dicari,"tutupnya (mg-9)

Tags :
Kategori :

Terkait