Kota Serang Jadi Kota Transit Wisatawan
TEMPAT TRANSIT: Terlihat ucapan selamat datang yang berada di Patung Kemang. Menjelang libur Nataru, Kota Serang diperkirakan akan menjadi salah satu kota transit utama bagi wisatawan yang melintas menuju sejumlah daerah tujuan wisata di Provinsi Banten.(--
TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG — Menjelang libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), Kota Serang diperkirakan akan menjadi salah satu kota transit utama bagi wisatawan yang melintas menuju sejumlah daerah tujuan wisata di Provinsi Banten, seperti Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
Pemerintah Kota Serang pun mulai mematangkan berbagai persiapan guna memastikan pelayanan wisata dan kenyamanan pengunjung selama masa liburan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kota Serang, Zeka Bachdi, mengatakan bahwa posisi geografis Kota Serang yang berada di jalur strategis membuat daerah ini kerap menjadi titik singgah wisatawan, terutama saat libur panjang.
“Setiap momentum liburan, termasuk Nataru, Kota Serang hampir selalu menjadi kota transit. Banyak wisatawan yang singgah sebelum melanjutkan perjalanan ke Pandeglang atau Lebak. Semua yang datang harus kita layani dengan baik,” ujar Zeka, Minggu (14/12).
Menurutnya, meskipun tidak semua wisatawan menjadikan Kota Serang sebagai tujuan utama, keberadaan wisatawan transit tetap memberikan dampak positif, khususnya bagi sektor pendukung seperti perhotelan, kuliner, dan jasa transportasi. Karena itu, Disparpora berupaya memastikan kesiapan layanan wisata agar pengunjung merasa aman dan nyaman selama berada di Kota Serang.
Sebagai bagian dari persiapan, Disparpora telah menggelar rapat koordinasi internal serta melibatkan berbagai pihak, mulai dari tim Kang Nong Kota Serang, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), hingga kelompok sadar wisata. Koordinasi juga dilakukan dengan apparat kepolisian untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas di sejumlah titik strategis saat puncak arus liburan.
Zeka menjelaskan, salah satu layanan yang disiapkan untuk mendukung wisatawan transit adalah penyediaan Mobil Tubagus, kendaraan resmi Disparpora yang akan disiagakan di sejumlah hotel. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan wisatawan yang ingin berkeliling atau sekadar mengenal destinasi dan ikon Kota Serang.“Nomor kontak Mobil Tubagus sudah kami serahkan ke hotel-hotel. Walaupun hanya satu orang wisatawan, mobil tetap siap mengantar,” katanya.
Selain itu, Disparpora juga menyiapkan Panggung Wisata di kawasan Tourist Information Center (TIC) yang akan berlangsung mulai 20 Desember 2025 hingga 1 Januari 2026. Panggung tersebut akan menampilkan beragam kesenian dan budaya lokal, seperti debus, marawis, dan rudat, terutama pada akhir pekan.“Kami ingin wisatawan transit juga bisa merasakan suasana dan kekhasan budaya Kota Serang, meskipun hanya singgah sebentar,” ujar Zeka.
Dalam menghadapi lonjakan pengunjung, perhatian khusus juga diberikan pada aspek keamanan, terutama di destinasi wisata air. Berdasarkan evaluasi tahun-tahun sebelumnya, wisata air menjadi salah satu titik yang rawan insiden saat libur panjang. Disparpora pun meminta pengelola destinasi menambah petugas keamanan dan lifeguard selama masa Nataru.
Dari sisi pelaku usaha, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Serang, Indah Situ Rezeki, menyatakan kesiapan anggotanya dalam menyambut wisatawan yang menjadikan Kota Serang sebagai kota transit selama libur Nataru.“Pada momentum libur panjang, Kota Serang memang kerap menjadi tempat singgah. Kami di PHRI melihat ini sebagai peluang yang harus direspons dengan pelayanan maksimal,” kata Indah.
Ia menegaskan, pelaku usaha perhotelan dan restoran telah diingatkan untuk menjaga standar pelayanan, kebersihan, serta keamanan demi memberikan kenyamanan kepada tamu.“Kami mendorong seluruh anggota PHRI untuk memastikan kesiapan fasilitas, mulai dari kamar, restoran, hingga area publik hotel. Pelayanan yang baik akan meninggalkan kesan positif bagi wisatawan,” ujarnya.
Indah juga menilai, wisatawan transit memiliki peran penting dalam menggerakkan ekonomi lokal, meskipun masa tinggal mereka relatif singkat.“Walaupun hanya singgah satu malam atau beberapa jam, wisatawan transit tetap memberikan dampak ekonomi, terutama bagi hotel, restoran, dan UMKM kuliner. Karena itu, mereka tetap harus dilayani dengan optimal,” jelasnya.(ald)
Sumber:

