BNPB: Tahun 2018 Paling Banyak Korban Meninggal Dunia Akibat Bencana

BNPB: Tahun 2018 Paling Banyak Korban Meninggal Dunia Akibat Bencana

Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada tiga fenomena langka dari bencana yang terjadi pada 2018. Bencana itu terjadi secara beruntun di akhir tahun. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, yang pertama adalah gempa yang secara berturut-turut di wilayah NTB hingga Lombok. Gempa yang terjadi secara beruntun ini dianggap menjadi hal yang aneh. "Jadi, pada 2018 ini, ada tiga kejadian langka, yang pertama gempa yang terus-menurus. Gempa berturut-turut di NTB itu termasuk aneh dan langka. Beruntun sekali. Lombok Timur kena, kemudian geser ke barat. Masih penanganan. Tiba-tiba geser ke Lombok Utara dan sebagainya. Ternyata segmen di Flores fault terpengaruh," ujarnya saat jumpa pers di kantornya, Jalan Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Senin (31/12). Selanjutnya, gempa diikuti tsunami di wilayah Sulawesi Tengah, Palu, dan Donggala. Anehnya, ada peristiwa pergeseran tanah atau likuifaksi yang baru sekali terjadi di Indonesia. "Fenomena kedua gempa dan diikuti tsunami dan likuifaksi, kita baru sekali itu melihat gempa yang besar dan masif. Biasanya hanya terjadi di sesar dan tanah tanah yang retak, tapi ini terjadi begitu besar, dan likuifaksi adalah likuifaksi yang terbesar di dunia," ucap Sutopo. Lalu yang ketiga tsunami di Selat Sunda yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau sehingga terjadi longsor bawah laut. Padahal, menurutnya, erupsi yang mengakibatkan terjadinya tsunami pada 22 Desember 2018 hanya mencapai 1,5 km. Sutopo menyebut malah erupsi lebih besar terjadi pada September. "Fenomena langka yang ketiga adalah tsunami yang ada di Selat Sunda kita tidak menyangka bahwa tsunami ternyata dibangkitkan oleh longsoran bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau, erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi kemarin tidak besar, ketinggian hanya 1,5 km, jauh lebih besar pada periode September, Oktober. Mengapa longsornya tidak terjadi pada September, Oktober ketika pada saat itu letusannya besar?" ucapnya. Ketiga fenomena ini, jelas Sutopo, merupakan bencana yang menjadikan angka korban dan kerugian lebih besar. Minimnya sistem peringatan dini juga disebutnya menjadi faktor akan hal tersebut. "Ya karena kita belum memiliki sistem peringatan dini keterbatasan peralatan, keterbatasan ilmu pengetahuan dan sebagainya, yang kemudian kita menyimpulkan setelah kejadian jadi tiga fenomena alam di Indonesia selama periode 2018 yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang lebih besar," ungkapnya. Korban Akibat Bencana BNPB juga mencatat, korban meninggal dunia terbanyak akibat bencana ada pada 2018 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kerugian ekonomi akibat bencana juga terparah pada tahun ini. "Dilihat dari jumlah korbannya, jadi selang 2007 sampai 2018, tahun ini adalah tahun yang terbesar bencananya yang menimbulkan korban meninggal dunia paling banyak. Kerugian ekonominya juga paling besar. Jadi tahun 2018 ini bisa saya katakan sebagai tahun bencana ditinjau dari jumlah korban dari kerugian ditimbulkannya," ujar Sutopo. Sutopo mengatakan jumlah bencana jika dibandingkan dengan tahun 2017 cenderung menurun. Namun jumlah korban dan kerugian tahun ini meningkat. "Namun pada 2018 korban meninggal naik 984 persen, korban hilang naik 1.972 persen. Korban luka-luka naik 1.996 persen dan korban mengungsi dan terdampak juga naik 178 persen dan jumlah rumah rusak naik 1.341 persen, dan bencana 2018 ini adalah yang terbesar sejak tahun 2007 sampai 2018," tuturnya. Sebaran korban terbanyak itu terjadi di lima daerah, yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh, dan Kalimantan Selatan. Sutopo menyebut wilayah paling banyak kena bencana ialah Pulau Jawa. "Ini dari jumlah kejadiannya, mengapa paling banyak selalu Jawa? Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur karena penduduknya paling banyak di sana. Mereka tinggal di daerah daerah rawan bencana. Lima kabupaten terbanyak ada di Jawa Tengah, yaitu Cilacap, Wonogiri, dan Tangerang, satu di Jawa Barat adalah di Kabupaten Bogor satu lagi di Provinsi Banten, yaitu di Kabupaten Serang," lanjutnya.(dtc)

Sumber: