12 Keluarga Terkatung-katung
SETU-Kondisi tanah yang ambles di Kampung Sengkol RT 4 RW 2 Kelurahan Muncul, Setu, Kota Tangsel akan diperiksa oleh Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT). Pemeriksaan kontur tanah itu direncanakan hari ini Rabu (10/5). Namun, pemeriksaan tanah itu masih menunggu kedatangan alat yang masih berada di Jawa Barat. Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangsel Chaerudin mengatakan, pihaknya akan bekerjasama dengan BPPT untuk mengetahui potensi ancaman yang masih menghantui puluhan kepala keluarga. Menurutnya, hasil pengecekan kontur tanah yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan Pemkot Tangsel memutuskan nasib 12 kepala keluarga yang rumahnya rusak. Sebab, pengecekan juga akan menunjukan kondisi kelayakan tanah yang selama ini dijadikan permukiman warga. “Kita sudah berkoordinasi untuk mengukur kondisi tanahnya. Secara otentik baru dapat diketahui kelayakan tanah yang menjadi permukiman warga. Alatnya ada di luar kota bukan dari sini. Rencananya besok (hari ini akan dicek),” katanya di Posko bencana Sengkol, Selasa (9/5). Salah seorang warga Tuam menuturkan, tanah seluas 450 meter yang dijadikan rumah itu menurutnya bukan tanah galian. Sejak ia mendirikan rumah 20 tahun lalu kondisi tanahnya jauh dari potensi longsor. Tuam juga mengatakan, ia masih menunggu kebijakan Pemkot Tangsel untuk meringankan masalah yang menimpanya itu. “Belum ada solusi, saya pasrah saja kalau harus tetap tinggal di sini setelah rumah diperbaiki. Tapi saya trauma dan takut juga. Untuk pindah ke tempat lain, sudah tak punya aset tanah lagi. Aset yang dimiliki cuma rumah dan kontrakan, tak ada tanah lagi di daerah lain,” ujar lelaki 42 tahun itu. Hal senada juga dikatakan Ayu Ningsih Pati, korban yang rumahnya rusak parah akibat tanah ambles yang terjadi pada Jumat (6/5) malam itu. Ningsih mengaku sangat trauma dengan kejadian itu. Bahkan ia mengatakan tak mau menempati kembali yang rumahnya hancur itu. Menurutnya, tanah rumahnya sangat lembab karena terlalu banyak air. “Sudah banyak air tanahnya. Rumah saya letaknya paling bawah jadi sudah banyak mata air dan sangat labil sekali tanahnya. Sudah tidak mau lagi tinggal di situ. Mungkin saya akan kembali membangun rumah di sisi tanah saya yang lain. Semoga saja ada tambahan bantuan buat saya,” keluhnya. Hingga kini, sebanyak 54 warga itu masih mengungsi ke tempat yang aman. Kebanyakan dari mereka mengontrak di sekitar lokasi rumahnya yang masih disegel dengan garis polisi karena dikhawatirkan akan terjadi longsor susulan. “Saya masih tinggal di kontrakan RT lain bersama anak dan suami. Barang di rumah yang rusak juga sebagian besar sudah dipindahkan,” tambah Ningsih. Pemkot Tangsel juga sementara waktu menyiapkan tenda pengungsian yang telah dilengkapi dengan bantuan selimut dan logistik lainnya. Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany juga turut mendatangi lokasi pengungsian warga untuk melihat langsung kondisi rumah ambles tersebut. Kedatangan Airin, sekaligus memotivasi warga dan menyampaikan duka atas bencana yang menimbulkan kerugian materi itu. Terkait bantuan yang nantinya diberikan kepada warga, Camat Setu Wahyudi Leksono menambahkan, pihaknya masih akan membahas hal ini. Keputusan terkait bantuan itu akan dibahas pada rapat pengawasan dan pengendalian bersama Walikota Tangsel. “Kita akan rapat wasdal (pengawasan dan pengendalian) hari ini bersama walikota. Masalah ini yang jadi pembahasan nanti. Untuk sementara kita masih mengamankan warga dari lokasi rumah yang masih berpotensi ambles dengan membuka posko pengungsian dan menempatkan warga ke tempat yang aman,” imbuhnya. (mg-22/esa)
Sumber: