Hasil Pemeriksaan Awal KNKT terhadap FDR Lion Air, Penunjuk Kecepatan Rusak Sebelum Terbang
JAKARTA - Hasil pemeriksaan data Flight Data Recorder (FDR) Lion Air JT 610 oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut alat pengukur kecepatan pesawat atau Air Speed Indicator rusak sebelum terbang. Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan, data FDR yang telah ditemukan diketahui ada kerusakan pada bagian penunjuk kecepatan pesawat. Bahkan kerusakan telah terjadi pada empat penerbangan terakhir, sebelum Lion Air JT 610 jatuh di perairan Tanjungpakis, Karawang, Jawa Barat. "Pada 4 penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan pesawat, Istilah Air Speed Indicator," katanya saat Konferensi Pers Proses Evakuasi Lion Air JT 610 bersama Basarnas, TNI, Kementerian Perhubungan, KNKT, DVI, Polri dan Jasa Raharja, di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11). Hadir dalam konfrensi pers itu Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsdya M Syaugi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono, Kapusdokkes Polri Brigjen Arthur Tampi, dan Panglima TNI yang diwakili oleh Panglima Koarmada I Laksamana Muda TNI Yudo Margono. Menurut Soerjanto, kerusakan itu terjadi pada saat pesawat sebelum jatuh. Namun, apakah hal itu jadi penyebab jatuh belum dapat dipastikan kebenarannya. "Sebelum ada data faktual, kami gak bisa duga-duga. Kami hanya bisa bicara fakta," ujarnya. Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo menambahkan, hingga kini pihaknya masih menyelidiki apakah pilot melakukan perbaikan terhadap penunjuk kecepatan pesawat sebelum pesawat dipakai bertolak dari Soekarno-Hatta menuju Pangkal Pinang. "Tadi malam tim membuat kumpulan parameter, analisa pengajian data yang dikumpul yang kecelakaan ada kerusakan di bagian Air Speed. Bagaimana apa ada perbaikan dari pilot yang menerbangkan saat kerusakan ini terjadi," ucapnya. 155 Kantung Jenazah Sementara Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsdya M Syaugi mengatakan menambah waktu pencarian korban selama tiga hari. ‘’Saya memahami perasaan Bapak dan Ibu. Saya siang dan malam bersama tim tidak henti-hentinya mencari korban di laut. Kita tambah lagi waktu pencarian selama tiga hari,,’’ katanya. Sejauh ini kata Syaugi, tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, KNKT, DVI dan Kementrian Perhubungan dibentuk untuk mempercepat pencarian korban. ‘’Tim ini dibentuk dengan serius untuk mempercepat pencaraian para korban. Setelah kita dapati, langsung kita kirim ke RS Polri,’’ ujarnya. Sejauh ini kata Syaugi, timnya mengirimkan lagi 17 kantong jenazah ke RS Polri. Dengan tambahan ini sudah ada 155 kantong jenazah yang dikumpulkan sejak hari pertama. Lebih lanjut Syaugi menuturkan, pihaknya tidak hanya mengevakuasi korban, melainkan serpihan pesawat, barang dan identitas korban. ‘’Kita kumpulkan dari mulai yang paling kecil sampai yang besar. Baik itu barang-barang korban seperti SIM, BPJS, sepatu, KTP. Barang-barang itu pun yang kita dapat sudah diserahkan kepada pihak keluarga,’’ tuturnya. Syaugi memaparkan, bukti lain keseriusan pihaknya bersama tim gabungan adalah dengan melakukan penyelaman di malam hari. ‘’Kemarin malam cuaca sedang bagus dan tenang, sehingga kita lakukan pencarian dengan menyelam dari pukul 19.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB. Ini juga berkat doa keluarga korban dan seluruh masyarakat Indonesia, sehingga ini bisa terlaksana,’’ paparnya. ‘’Kita ingin semua tau, apa yang kita lakukan ini dilakukan dengan cepat, benar dan serius, sesuai mekanisme. Karena kalau benar saja tapi tidak cepat juga tidak bagus,’’ pungkasnya. Diketahui, pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 rute Cengkareng - Pangkalpinang mengalami kecelakaan 13 menit setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (29/10/2018) pagi. Pesawat dengan personal on board sebanyak 189 orang itu jatuh di kawasan Perairan Karawang, Jawa Barat. (AF/LAN/FIN)
Sumber: