Target 2021, 95 % Sampah Habis di Rumah
CIPUTAT-Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel menargetkan Kota Tangsel bebas sampah pada tahun 2021. Bebas sampah ini yakni dengan menekan sampah ke tempat pembuangan sampah sebesar 95 persen. Sehingga yang dibuang ke tempat sampah hanya 5 persen. Hal tersebut dikatakan Kepala DLH Tangsel Toto Sudarto saat memberikan sambutan dalam pembukaan rangkaian loka karya rumah minim sampah 2018 di Aula Blandongan Balai Kota, Senin (15/10). Kepala DLH Tangsel Toto Sudarto mengatakan, sejak Senin (15/10) kita merencanakan program rumah minim sampah. Dengan program tersebut nantinya diharapakan pada 2021 Tangsel bisa bebas sampah. "Jadi hanya sekitar lima persen dari 900 ton sampah yang dihasilkan tiap hari yang nantinya dibuang ke TPA Cipeucang," ujarnya, Senin (15/10). Toto menambahkan, program rumah minim sampah merupakan bersama Bappeda Tangsel yang dan dipelopori rumah minim sampah. Untuk mewujudkan program ada 10 komunitas rumah minim sampah yang ada di 9 kelurahan yang menjadi percontohan. Seperti, kelurahan Rengas, Jurang mangu Barat, Kademangan, Bambu Apus, Pondok Kacang Barat, Pamulang Barat, Pondok Aren, Sawah Baru, serta Benda Baru. Komunitas tersebut diharapkan dapat menyampaikan kepada warga lain untuk mengurangi jumlah sampah. "Salah satu caranya tidak menggunakan kantong plastik saat belanja ke pasar atau minimarket tapi, bawa tempat sendiri dari rumah," tambahnya. Masih menurutnya, selain itu bagi ibu-ibu rumah tangga juga diharapakan bisa memanfaatkan potongan sisa sayuran dengan dijadikan pupuk untuk tanaman. Jika masing-masing rumah melaksanakan hal itu maka Toto berharap sampah akan berkurang 95 persen. "Hobi kita saat ini kalau belanja pakai plastik dan harapannya mulai sekatang bawa kantong sendiri. Kalau sudah bawa kantong sendiri pasti sampah akan dipilah dan berfikir bagaimana mengurangi sampah," jelasnya. Mantan Kepala Disdukcapil Tangsel tersebut menjelaskan, tiap hari ada sekitar 0,7 kilo gram sampah yang dihasilkan masyarakat Tangsel yang jumlah penduduknya lebih dari 1,4 juta jiwa. Nantinya, program tersebut akan jadi proyek percontohan di 9 kelurahan dengan 10 komunitas rumah minim sampah. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut harus berangkat dan dimulai dari hati. Menurutnya, rumah minim sampah berbeda dengan bank sampah. Kalau rumah minim sampah dari rumah sudah mengurangi sampah atau dengan kata lain yang diproduksi bukan sampah plastik. "Contohnya itu tadi, bekas potongaan sayuran, diharap dicacah dan dijadikan pupuk," tuturnya. Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangsel, Taher Rachmadi mengatakan, program ini ada di RPJMD untuk penanganan sampah. "Kita ada target untuk kurangi sampah melalalui program 3R," ujarnya. Taher menambahkan, pihaknya hanya memfasilitasi kelancaran program tersebut, sedangkan secara teknis ada di DLH. "Targetnya mengurangi sampah melalui 3R, sedangkan untuk mengukur berapa persen target berapa jumlah sampah yang bisa dikurangi itu sulit," tambahnya. Di tempat yang sama, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany berharap rumah minim sampah tidak hanya program namun harus ada komitmen pagi yang menjalankannya. "Intinya komitmen untuk jalankan sehingga benar-benar program ini bisa kurangi sampah, sampah itu tidak akan pernah hilang tapi, hanya bisa dikurangi dan ada nilai ekonominya," ujarnya. Airin menambahkan, kuncinya harus konsisten saat kita akan melakukan penanganan sampah. Yang menjadi pekerjaan rumah kita adalah Tangsel kita tidak punta TPA yang maksimal tapi, kita punya konsep sanitasi renville yang tidak sesuai dengan kondisi kota. Menurutnya, Jepang sudah sukses mengelola sampah karena kedisiplinan masyarakat dan telah menerapkan 5R. Di Singapur ada 5 sampai 9 distrik memiliki mesin insinelator dan debunya dibuang ke pulau. "Kita harus optimis dan sambil berusaha dan kita terus dorong partisipasi masyarakat dan tentunya kolaborasi dengan semua pemangku kepentingaan untuk mementingkan sampah di rumah sehingga tidak menumpuk di TP," tutupnya. (bud/esa)
Sumber: