RKS, Cara Jitu Kurangi Sampah
CIPUTAT-Sampai saat ini Kota Tangsel kesulitan mengatasi masalah sampah. Karena banyak sampah yang tidak dikelola dengan baik, mengakibatkan terjadinya penumpukan. Juga berdampak buruk bagi lingkungan. Sebagai solusinya, Pemkot Tangsel menciptakan program Rumah Kelola Sampah (RKS). Cara ini, dimulai lingkungan warga di Jalan Bhinneka RT 3/1 Ciputat, Kota Tangsel. Progran ini merupakan kerjasama Pemkot Tangsel dengan Hero Group. Senior General Manager CSR and Corporate Communication PT Hero Supermarket Tbk Natalia Lusnita mengatakan, Hero menyadari perlu adanya perubahan positif menuju gaya hidup ramah lingkungan dengan menerapkan reduce, reuse dan recycle (3R). "Rumah kelola sampah ini untuk membantu pemerintah dalam mengedukasi warga tentang pengelolaan sampah secara terpadu dan tepat guna, serta meningkatkan ekonomi warga," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Rabu (3/5). Natalia menambahkan, melalui progam ini Hero Group memiliki serangkaian kegiatan. Mulai dari pembangunan rumah kelola sampah, pembinaan warga rumah hijau, pelatihan dan penyuluhan tentang pengelolaan sampah dan lingkungan. Serta, menyediakan fasilitas seperti komposter, perangkat hidroponik dan lainnya. Melalui progran RKS, Hero Group juga memfasilitasi 10 rumah warga menjadi rumah hijau. "Kita akan memberikan bantuan alat penunjang dan edukasi tentang penanaman hidroponik dan tong pemilah sampah," tambahnya. Tim Hero Group telah melakukan beberapa kegiatan bersama warga. Seperti, sosialisasi RKS, pembentukan kelembagaan, pembuatan pupuk cair yang dihasilkan dari komposter hasil pilahan sampah organik warga dan telah menghasilkan lebih dari 60 liter pupuk cair. Hero berharap implementasi program RKS ini dapat meningkatkan pengetahuan warga mengenai pengelolaan serta pemanfaatan sampah yang baik. Serta, dapat memberikan nilai tambah untuk menunjang ekonomi warga. "Progran ini mudah-mudahan bisa membantu pemerintah dalam mewujudkan cita-cita Indonesia bebas sampah 2020," tuturnya. Sementara itu Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, mulai saat ini warga diharapkan memilah sampah ornagik dan nonorganik. "Sampah plastik perlu 500 tahun supaya hancur dan tidak bisa diurai tanah," katanya. Pria yang biasa disapa Pak Ben ini menambahkan, saat ini jumlah produkai sampah per hari mencapai 800 ton. Diharapkan dengan program RKS ini sampah bisa berkurang minimal 30 persen. Perilaku warga terhadap sampah harus lebih bersahabat. "Contohnya, saat belanja membawa kantong atau tas sendiri, sehingga mengurangi penggunaan plastik," tambahnya. Menurutnya, kelompok ini harus bisa terus menghasilkan dan bersahabat dengan sampah dengan diolah lagi. Pak Ben ingin, program RKS menjadi contoh di Kota Tangsel. "Ke depan supaya produkai smpah menurun. Ini bukan pekerjaan mudah dan perlu waktu lama," tuturnya. Ketua Rumah Kelola Sampah Abdul Rahman mengatakan, sampah dari warga sekitar dipilah antara organik dan nonorgnik. "Sampah organik kita olah pakai mesin pencacah dan dimasukan dalam tong. Kemudian diolah menjadi pupuk cair," ujarnya. Rahman menambahkan, pupuk cair itu dipakai untuk tanaman hidroponik dan tambahan nutrisi A dan B. Di rumah kelola sampah, ada bangunan dengan menggunakan rangka baja ringan dengan tingi 3 meter, panjang 11 meter dan lebar 6 meter. "Sedangkan atap menggunakan paranet, sehingga air hujan dan sinar matahari masih bisa masuk dalam ruangan," tambahnya. Dalam bangunan itu, Rahman bersama warga menanam tanaman hidroponik pada pot kecil dengan kerangka pipa paralon. Mulai dari kangkung, caisim, pakcoi, slada air, slada belanda dan lainnya. Semua sayuran menggunakan pupuk cair hasil dari pengolahan sendiri. Menurutnya, RKS dibabgun sejak 3 bulan dan penanaman sayur baru dimulai 1,5 bulan. "Sayuran bisa kita panen setelah usia 30 sampai 40 hari. Hasilnya dikonsumsi warga dan bisa juga kita jual," tuturnya. (bud/esa)
Sumber: