Sentimen Global Bikin Rupiah Menguat
Jakarta--Bank Indonesia (BI) menyebut penguatan rupiah dalam 10 hari terakhir lebih banyak dipengaruhi sentimen luar negeri. Pengaruh fundamental ekonomi terhadap rupiah dinilai justru menipis. Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan penguatan rupiah didorong oleh sentimen dari luar negeri, antara lain berasal dari kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve. Selain itu, ada pula sentimen perang dagang antara AS dan China, kelanjutan komunikasin AS dan Korea Utara, hingga krisis politik di Italia. "Dari sentimen global itu, nilai tukar di negara berkembang menjadi membaik. Itu membantu rupiah ke arah apresiasi juga. Jadi ini lebih ke arah perbaikan sentimen, karena fundamental tidak ada perubahan dalam beberapa bulan terakhir," ujar Dody, kemarin. Berdasarkan data BI, depresiasi rupiah secara tahun berjalan dalam 10 hari terakhir tercatat menurun. Sejak 1 Januari hingga 5 Juni 2018, depresiasi rupiaj tercatat sebesar 2,94 persen, turun dibanding depresiasi rupiah hingga 27 Mei 2018 sebesar 3,3 persen. Adapun dari sisi fundamental ekonomi, inflasi terbilang rendah di angka 0,21 persen secara bulanan dan 3,23 persen secara tahunan. Hal ini, menurut Dody, merupakan bukti bahwa secara fundamental tidak ada banyak perubahan. "Artinya, ini stabil saja, dan masih sesuai dengan target kami," imbuhnya. Kendati penguatan rupiah lebih banyak didorong sentimen, Dody bilang, tidak berarti BI hanya akan memanfaatkan sentimen tersebut. BI, menurut dia, tetap akan mengupayakan penguatan-penguatan rupiah secara fundamental, antara lain melalui kebijakan makroprudensial. Hal ini dilakukan untuk turut memberikan stimulus kepada perekonomian yang nantinya juga memberi dampak ke nilai tukar. "Misalnya makroprudensial itu, kami akan memberi relaksasi di sektor properti, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," pungkasnya. (dtc)
Sumber: