Menag Ajak Dalami Pemikiran Sunan Kudus
KUDUS – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus resmi di-launching Menteri Agama (Menag) RI Lukman Hakim Syaifuddin. Transformasi dari STAIN menjadi IAIN ini akan diiringi tugas besar. Salah satunya menciptakan ciri khas kampus. Menag RI Lukman Hakim Syaifuddin mengucapkan selamat atas peralihan status dari STAIN menjadi IAIN. “Dengan transformasi ini sudah selayaknya seluruh civitas akademika memiliki ciri khas yang akan menjadi identitas IAIN Kudus,” ungkapnya saat mengisi seminar dan penandatanganan prasasti gedung Fakultas Tarbiyah. Lukman secara khusus memberikan tugas kepada Rektor IAIN Kudus Mudzakir. Distingsi kampus menjadi tugas yang wajib dilaksanakan secepatnya. Sebab, setiap kampus terutama di bawah naungan Kementerian Agama RI diharapkan memiliki ciri yang menjadi kekhasan masing-masing. Apalagi IAIN ini berada di Kudus yang terkenal sebagai kota santri. Di kota itu ada pemahaman mendalam tentang Sunan Kudus. Hal ini ditawarkan oleh Lukman. Yakni, seluruh civitas akademika mampu memahami setiap pemikiran Sunan Kudus secara komprehensif. Nantinya bisa dipromosikan dan jadi rujukan Islam di dunia. “Kalau perlu dibuatkan mata kuliah khusus. Jadi baik dosen maupun mahasiswa minimal harus tahu tentang ajaran, filosofis, sampai pemahaman Islam seperti apa yang diajarkan Sunan Kudus di masyarakat. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, kami optimistis IAIN Kudus akan memiliki distingsi yang sulit ditandingi kampus manapun,” katanya. Rektor IAIN Kudus Mudzakir berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dan hadir dalam kesempatan itu. Dia bertekad akan membawa IAIN Kudus menjadi PTKIN yang lebih baik. “Transformasi ini sudah seharusnya diikuti dengan peningkatan kualitas. Sebagai satu-satunya PTKIN di pantura kami ingin menjadi pusat destinasi pendidikan Islam,” ujarnya. Dia menyebutkan, tahun ini ada perpustakaan pusat yang akan semakin menambah referensi mahasiswa. Hal tersebut dalam rangka peningkatan kualitas. Sehingga lulusan IAIN nantinya bisa berkualitas. “Tahun 2018 mahasiswa IAIN mencapai 13 ribu. Jadi penambahan referensi sangat dibutuhkan. Dengan adanya perpustakaan pusat tersebut diharapkan bahan belajar tak menjadi keluhan,” paparnya. (jpc/mas)
Sumber: