Berang Sikap Parlemen Eropa, Mentan Ancam Hentikan Ekspor Sawit

Berang Sikap Parlemen Eropa, Mentan Ancam Hentikan Ekspor Sawit

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman berang terhadap Parlemen Uni Eropa. Amran mengancam akan mengevaluasi eskpor sawit dan biodiesel berbasis sawit ke negara-negara Eropa tersebut.  "Kalau ada kerjasama yang telah kami tandatangani, kami evaluasi," tegas Menteri Amran dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/4). Sebelumnya menurut parlemen Uni Eropa, sawit di Indonesia dinilai masih menciptakan banyak masalah mulai dari deforestasi, korupsi, pekerja anak-anak, sampai pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Indonesia oleh parlemen Uni Eropa bahkan dilarang untuk mengekspor sawit dan biodiesel ke negara lain.

Amran menegaskan, pasar sawit Indonesia bukan cuma di Eropa. Karena itu, dia tidak gentar jika negara-negara Uni Eropa sepakat melarang sawit Indonesia beredar di pasar-pasar Eropa. Bahkan sebaliknya, Amran akan akan meminta pelaku-pelaku eksportir kelapa sawit menghentikan ekspornya ke Eropa. "Indonesia jangan mau didikte sama Uni Eropa. Kalau perlu hentikan ekspor sawit kita kesana,"kata menteri Amran. "Harus diingat, sekarang ini kami konversi ke Biofuel B-20 sebanyak 3,2 juta ton, sementara Eropa mengimpor 7 juta ton. Kami telah minta ke seluruh eksportir jatah yang dikonversi biofuel nggak usah di ekspor kesana. Berikutnya kami masih punya B-30  dan itu kami butuh 13 juta ton. Artinya ekspor kami nanti berkurang karena dijadikan biodiesel," tambah Amran. Untuk itu, Mentan Amran tegaskan, masalah sawit merupakan urusan pertanian dalam negeri.  Karena itu, dia mewanti-wanti agar negara-negara Eropa tidak mencampuri kebijakan pertanian Indonesia. Pasalnya kata menteri asal Sulawesi Selatan itu, Indonesia saat ini telah memiliki standar sertifikasi produk sawit dan turunannya atau yang dikenal Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). "Selain memiliki ISPO, Indonesia juga telah melakukan kerja sama dalam hal sertifikasi produk sawit dengan Malaysia melalui Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).Indonesia punya standar sendiri, yakni Indonesian Sustainable Palm Oilm (ISPO) . Masa (sawit) kita yang punya, dia yang mau buat standarnya. Itu cerita mana," tegasnya. Menteri Amran mengaku tidak takut jika harus mengevaluasi beberapa kerjasama dengan negara-negara Eropa khususnya Prancis. Pasalnya Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam hal produsen minyak sawit dunia. Bahkam, jika digabung Indonesia dengan Malaysia menguasai 80 produksi CPO dunia. Indonesia sendiri memiliki kedaulatan terhadap sawit. Karena itu, Indonesia berhak melakukan ekspor sawit kepada negara-negara yang memang membutuhkan. Temasuk menghentikan ekspor ke negara-negara Eropa. "Palm oil Indonesia dan Malaysia gabung itu 80 persen (dari produksi CPO dunia). Negara Eropa kami supply hanya 3,2 juta ton per tahun untuk biodiesel, itu kecil," punkgas dia.(mam/JPG)

Sumber: