Bertaruh Nyawa, Menangis Saat Evakuasi Mayat

Bertaruh Nyawa, Menangis Saat Evakuasi Mayat

PANTANG pulang sebelum padam. Itulah jargon yang menjadi semboyan bagi seluruh awak pemadam kebakaran saat bertugas. Petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Tangsel Sahroni punya pengalaman tersendiri. Dia mengatakan, ada pengalaman yang tak terlupakan saat bersama rekan-rekannya berusaha memadamkan api pada kebakaran yang terjadi di gedung 4 lantai perempatan Zodiak, Pondok Aren pada Mei 2012. “Kebakaran tersebut menelan empat korban jiwa dan semuanya pekerja bangunan,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Kamis (2/3). Pria kelahiran 1973 tersebut mengatakan, saat itu ia bertugas sebagai komandan regu. Ia terjun langsung memadamkan api di mana gedung yang terbakar masih dalam proses pengecatan. Api diduga berasal dari mesin kompresor yang dipakai untuk mengecat meledak dan merambat tiner di sebelahnya. Sahroni dan anggotanya berpacu dengan waktu. Mereka bertaruh nyawa dan berupaya tak ada korban jiwa. Saat api berhasil padam, evakuasi pun dilakukan. Di lantai dua ada dua korban meninggal dengan posisi berpelukan dan di lantai empat juga ada dua korban meninggal. "Korban di lantai dua kondisinya hangus terbakar, saat saya angkat bagian tubuhnya rontok,” tambahnya. Sedangkan korban yang ada di lantai empat meskipun terbakar masih bisa dikenali. Menurutnya, api sulit dipadamkan lantaran hanya ada satu pintu masuk gedung dan banyak terdapat cairan kimia mudah terbakar dari bahan cat. Kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 04.00 WIB di saat sebagian pekerja lembur dan ada yang tidur. Saat memasukkan tubuh korban ke dalam kantong mayat, dia tak kuasa menitikkan air mata lantaran sedih dan kasihan. “Itu pengalaman yang tidak bisa saya lupakan selama menjadi petugas damkar sejak 2010,” tutur pria yang saat ini menjadi Komandan Pleton Regu C tersebut. Petugas damkar adalah orang yang ditunggu-tunggu saat kebakaran terjadi. Saat berhasil menaklukkan api, nama mereka mungkin bisa jadi dilupakan begitu saja. Tetapi saat mereka datang terlambat ke lokasi kejadian, mereka justru kerap mendapatkan cemoohan. Padahal keterlambatan ini bukan tanpa alasan. Hal ini mengingat jalur lalu lintas yang semakin padat. Hanya saja, agar bisa memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, bagi petugas damkar cemoohan itu dianggap sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik. Damkar memiliki standar untuk mencapai lokasi. Paling lambat 10 menit damkar bisa mencapai lokasi setelah mendapatkan laporan kebakaran. Setelah itu, damkar meluncur dengan kendaraan dan peralatan yang sudah siap tempur. Kendaraan damkar harus dipanaskan terlebih dahulu pagi dan sore hari. Hal ini untuk antisipasi adanya kebakaran. Hal pertama kali yang dilakukan damkar ketika tiba di lokasi kebakaran ialah mencari sumber api. Setelah sumber api padam, damkar melakukan penyiraman dan pendingan bara-bara api. Damkar terbagi dalam beberapa regu yang bekerja 24 jam secara bergantian. Satu regu bisa berisi 15 orang anggota, termasuk komandan regu, driver, dan anggotanya. Mereka bertugas tak mengenal hari libur. Begitupun saat Idul Fitri, mereka tetap bekerja. (bud/bha)

Sumber: