Desain Gerabah Bumi Jaya Monoton

Desain Gerabah Bumi Jaya Monoton

SERANG – Desain gerabah yang dinilai monoton, salah satu masalah utama yang menyebabkan menurunnya penjualan kerajinan gerabah asal Desa Bumi Jaya, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang. Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Serang, Abdul Wahid mengatakan gerabah yang ada Desa Bumi Jaya tersebut telah kalah saing dengan gerabah yang ada di Bandung dan Jogjakarta, hal tersebut akibat artistik atau desain yang terkesan monoton atau tidak mengalami pembaharuan. “Kalau yang di kita sudah ketinggalan dengan desain yang lebih bagus dari Bandung dan Jogjakarta,” katanya kepada Tangerang Ekspres saat dihubungi melalui telepon seluler, Jumat, (23/2). Selain itu, kata dia, faktor penurunan penjualan lainnya, itu karena pengrajin gerabah yang ada di wilayahnya telah menjual dengan harga yang terlalu mahal. Hal itu yang menyebabkan pembeli seperti wilayah Bali lebih memilih Bandung dan Jogjakarta. “Makanya mereka bisa bersaing, berbeda dengan kita,” ujarnya. Menurut dia, gerabah Banten lebih mengedepankan pembuatan gerabah dengan ukuran yang cukup besar, dan dibeli oleh orang-orang tertentu. Padahal mereka dapat memanfaatkan gerabah dengan ukuran yang cukup kecil untuk bisa di jadikan souvenir dan sebagainya. “Palingkan drum yang besar, mereka tidak mau membuat yang kecil, harusnya mereka juga membuat pot bunga, asbat untuk rokok dan bentuknya lebih bagus lagi, dan bisa dijadikan sebagai cinderamata juga,” terangnya. Dia menjelaskan, padahal pihaknya telah berusaha untuk memasarkan gerabah tersebut melalui OPD dan hotel-hotel yang ada dengan menaruh gerabah tersebut di areanya. Namun, seharusnya ada kesadaran dari kita untuk ikut membeli agar dapat membantu. “Hotel-hotel dan OPD harusnya menggunakan produk kita untuk disimpan di taman dan ruang dalamnya, dan juga ada gerakan cinta gerabah, itu yang belum kita lakukan,” sesalnya. Meski demikian, kata Wahid, pihaknya akan mencoba membantu untuk meningkatkan pemasaran gerabah dengan cara mengirim pengrajin ke tempat pembelajaran dalam seni. “Nanti pengrajin akan dikirim Malang, atau pun ke seni rupa yang ada di ITB (Institut Teknologi Bandung-red), atau mungkin kita akan panggil instruktur dari malang untuk datang ke Desa Bumi Jaya,” terangnya Dia mengaku, sudah ada anggaran untuk pembelajaran seni tersebut, akan tetapi sayangnya dirinya belum bisa menyebutkan jumlah besarannya. “Anggarannya belum diketuk palu, dan belum tahu kapan dilakukannya, mungkin triwulan dua atau tiga, yang pasti akan kita lakukan di tahun 2018,” pungkasnya. (mg-03/ang)

Sumber: