Rawan Bencana, Guru SKh Dilatih Siaga Bencana

Rawan Bencana, Guru SKh Dilatih Siaga Bencana

BALARAJA – Guru sekolah berkebutuhan khusus (SKh) se-Tangerang dilatih khusus siaga bencana  oleh BPBD Provinsi Banten. Tujuannya untuk memberikan pemahaman penyelamatan diri bagi mereka yang dinilai rentan menjadi korban bencana. Apalagi anak berkebutuhan khusus yang tidak memahami bencana yang akan mengancam jiwa mereka. Pengawas Pendidikan Khusus Kabupaten Tangerang Dindikbud Provinsi Banten Didik Setyabudi, menuturkan, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang maupun Kota Tangsel merupakan daerah rawan bencana di Provinsi Banten. Sehingga, pelatihan ini diharapkan memicu guru SKh se-Tangerang, untuk selalu siaga terhadap bencana yang setiap saat akan datang dan menimpa anak berkebutuhan khusus. Kata Didik, siswa berkebutuhan khusus banyak yang tidak memahami bencana yang akan menimpa mereka, mengingat keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki. Untuk itu, guru sebagai orangtua kedua harus memberikan pemahaman apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana seperti banjir, angin puting beliung maupun kebakaran. "Selain itu, kegiatan ini diharapkan menjadi pemicu bagi guru maupun orangtua siswa untuk selalu siaga bencana," kata Didik, saat memberikan pengarahan kepada peserta. Kata Didik, memberikan pemahaman siaga bencana kepada anak berkebutuhan khusus tentunya berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Dibutuhkan bahasa isyarat tubuh maupun yang lainnya. Meski lebih sulit memberikan pemahamannya, namun guru berkebutuhan khusus harus bisa memberikan pemahaman sehingga mereka menjadi jelas. "Mereka kan rentan jadi korban. Nah, mudah-mudahan dengan pelatihan ini anak-anak berkebutuhan khusus akan mampu menjadi penyelamat saat terjadi bencana," ungkap Didik. Sementara itu, Nunung Nurhasanah, Kasi Kurikulum Pendidikan Khusus Dindikbud Provinsi Banten, mengatakan bahwa pihaknya berupaya untuk menanggulangi bencana secara preventif. Diharapkan dengan menggandeng  BPBD Provinsi Banten untuk memberikan penyuluhan berbagai macam pemahaman terkait penanggulangan bencana khususnya bagi anak berkebutuhan khusus. Nunung berharap, guru maupun orangtua harus sigap saat terjadi bencana. Mengingat anak berkebutuhan khusus tidak sensitif terhadap bencana yang akan membahayakan dirinya. Kata Nunung, selain dapat mengantisipasi jika terjadi bencana, guru maupun orangtua siswa harus mampu mengevakuasi dan yang tidak kalah penting pemulihan psikologis anak berkebutuhan khusus pasca terjadinya bencana. “Yang belum banyak dipahami jika terjadi bencana tidak adanya pemulihan psikologis anak, sehingga mereka akan menjadi stres. Ini penting juga untuk dilakukan saat terjadi bencana,” terang Nunung. (mas)

Sumber: