Minta Program MBG Dievaluasi, Orang Tua Tolak Bertanggungjawab Jika Anaknya Keracunan MBG

MBG: Siswa mengkonsumsi MBG. Orang tua siswa menolak jika harus bertanggungjawab jika anaknya keracunan setelah mengkonsumsi MBG yang diberikan.(Randy/Tangerang Ekspres)--
TANGERANG — Maraknya kasus keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diterima siswa, membuat orang tua siswa khawatir. Apalagi ada pernyataan, jika keracunan orang tua yang bertanggungjawab terhadap anaknya.
Ketakutan tersebut, membuat orang tua siswa khawatir terhadap anaknya. Mereka menilai, seakan penyelenggara MBG tidak mau bertanggungjawab jika ada anak siswa yang keracunan usai menyantap menu MBG.
Muhamad Nobel, salah satu orang tua siswa dari SDN Teluknaga I mengutarakan, dirinya tidak sepakat jika orang tua bertanggungjawab jika anaknya keracunan MBG. Harusnya penyelenggara MBG yang bertanggungjawab, dan bukan dilimpahkan ke orang tua. Jangan lepas tangan, apalagi menyalahkan sekolah untuk juga bertanggungjawab.
”Sampai saat ini, anak saya belum dapat MBG. Namun melihat banyaknya kasus keracunan yang terjadi saya khawatir. Apalagi, ada informasi jika keracunan anaknya, maka menjadi tanggung jawab orang tua bukan tanggung jawab penyelenggara. Artinya, penyelenggara ingin lepas tangan dan tidak mau disalahkan. Ini program pemerintah pusat, dan penyelenggara MBG di tunjuk untuk menyiapkan dan harusnya bertanggungjawab jangan hanya mencari keuntungan saja,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Kamis (25/9).
Nobel menambahkan, pihaknya juga meminta kepada penyelenggara MBG harus terbuka dan dipastikan kredibilitasnya jelas, misalnya jika tidak ingin disalahkan, mereka harus bisa terbuka jika orang tua ingin mengecek dan melihat langsung tempat produksinya. Ini agar orang tua merasa aman saat MBG di sajikan kepada siswa.
”Harusnya, penyelenggara bisa terbuka. Kita saja orang tua tidak tahu dimana dapur produksinya. Kita hanya tahu, bahwa anak kita dapat MBG. Jika anak kita keracunan MBG maka pihak penyelenggara tidak mau bertanggungjawab, malah orang tua yang diminta bertanggungjawab. Bagaimana dengan orang tua yang tidak mampu, kan tidak mungkin didiamkan anaknya,”paparnya.
Ia menjelaskan, dirinya juga mendapatkan kabar bahwa pihak sekolah juga dibebankan oleh penyelenggara jika ada alat makan yang hilang dan rusak, maka sekolah harus mengganti dan bertanggungjawab atas kehilangan alat makan. Padahal, sekolah hanya memfasilitasi saja bukan bertanggungjawab jika ada alat makan yang rusak dan hilang.
”Saya juga kasihan jika sekolah harus bertanggungjawab jika ada alat makan yang rusak dan hilang. Ini sebenarnya program MBG seperti apa, sampai sekolah juga harus bertanggungjawab jika alat makan rusak dan hilang. Saya rasa program MBG harus di evaluasi oleh pemerintah pusat agar semua pihak tidak di rugikan,” tutupnya.(ran)
Sumber: