MUI Bersama Densus 88 Bedah Buku Bahaya Terorisme

MUI Bersama Densus 88 Bedah Buku Bahaya Terorisme

Direktur Pencegahan pada Densus 88 Anti Teror, Brigjen Pol John Weynratt Hutagalung, memberikan plakat kepada Ketua MUI Kota Tangerang, KH Ahmad Baijuri Khotib usai acara Bedah Buku “JI Sampai NKRI” di Aula Gedung MUI Kota Tangerang, Kamis 18 September 20-(Abdul Aziz Muslim/Tangerang Ekspres)-

TANGERANGEKSPRES.ID, TANGERANG — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Ta­nge­rang bekerjasama dengan De­tasemen khusus 88 anti teror menggelar Bedah Buku “JI Sam­pai NKRI” di Aula Gedung MUI Kota Tangerang, Kamis, 18 September 2025.

Bedah buku  “JI Sampai NKRI” karya Dr Sholahuddin mengulas di­namika Jemaah Islamiyah (JI) pasca Bom Bali 2002 hingga deklarasi pembubarannya pada 30 Juni 2024.

Acara yang mengusung tema “Merawat Indonesia, Menuju Harmoni Bangsa” dihadiri Ka­pol­res Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Raden Mohammad Jauhari, Direktur Pencegahan pada Densus 88 Anti Teror, Brig­jen Pol John Weynratt Hu­tagalung, mantan Amir Jamaah Islamiyah, Para Wijayanto dan tokoh agama, TNI serta para akademisi.

Ketua MUI Kita Tangerang, KH Ahmad Baijuri mengatakan, buku berjudul  ”JI Sampai NK­RI” karya Dr Sholahuddin ter­sebut mengulas sejarah ber­kem­bangnya kelompok jari­ngan terorisme seperti Jamaah Islamiyah, Negara Islam Indo­nesia (NII) dan lainnya yang masuk di wilayah Indonesia. 

”Bedah buku ini tujuannya agar masyarakat semakin pa­ham, semakin tahu bahaya apa itu kelompok jaringan Jamaah Islamiyah (JI), NII dan lainnya,” kata KH Baijuri.

”Walaupun JI sudah dibu­barkan tapi paham ideologinya tetap masih ada, maka itu kita sama-sama mengawas lingku­ngan kita jangan sampai ada warga yang terpapar paham tersebut,” sambungnya.

KH Baijuri menyampaikan, pihaknya akan menggelar ikrar pengakuan 47 orang mantan anggota jaringan radikalisme pada Oktober 2025 nanti.

Dia berharap, adanya kegiatan tersebut menjadi momentum guna memberikan pemahaman lebih konkret bahwa jaringan terorisme bertentangan dengan nilai-nilai pancasila. Pengarang buku JI Masuk NKRI, Dr Shola­huddin menjelaskan,  bahwa transformasi JI terjadi melalui konflik panjang dengan aparat. 

Jika pada awalnya konflik ber­sifat resiprokal atau saling berba­las serangan, maka pada dekade terakhir bergeser men­jadi konflik respon. Alih-alih membalas dengan keke­rasan. JI memilih jalur dakwah, pendidikan, dan pada akhirnya mengambil ke­putusan mem­bubarkan diri.

“Bukan hanya di Indonesia, tapi juga dunia internasional. Tidak banyak organisasi teroris yang secara kolektif memu­tuskan meninggalkan ideologi kekerasan,” kata Sholahuddin.

Direktur Pencegahan, Brig­jen Pol John Weynratt Huta­galung, juga menyebutkan, pentingnya kegiatan ini seba­gai upaya memperkuat kola­borasi lintas elemen bangsa. 

“Bedah buku ini bukan hanya forum akademis, tetapi juga sarana membangun kesadaran bersama bahwa radikalisme dan terorisme dapat dilawan melalui pendidikan, dialog, dan penguatan nilai kebang­saan,” kata Brigjen Pol John Weynratt Hutagalung

”Kami mendorong lahirnya agen-agen perdamaian dari masyarakat untuk menjaga keutuhan NKRI,” ujarnya lagi.

Dia berharap, melalui ke­giatan ini lahir jejaring kola­borasi lintas elemen masya­rakat dalam menangkal radi­kalisme serta memperkuat narasi kebangsaan. (ziz)

Sumber: