Wartawan Desak Kapolda Tindak Tegas Oknum Brimob

AKSI: Puluhan wartawan di Banten melakukan aksi demostrasi di depan kantor Mapolda Banten, Jumat (22/8). Mereka mengecam aksi brutal terhadap wartawan yang dilakukan oleh satpan PT GRS dan oknum Brimob.-(Pokja Wartawan For Tangerang Ekspres)-
TANGERANGEKSPRES.ID, SERANG - Puluhan wartawan dari berbagai media melakukan aksi demonstrasi di depan Mapolda Banten, Jumat (22/8). Aksi dilakukan sebagai bentuk solidaritas karena terdapat wartawan yang menjadi korban mengeroyokan yang dilakukan oleh dua oknum Brimob Polda Banten, dan sekuriti di PT Genesis Regeneration Smelting (GRS), Jawilan, Kabupaten Serang, belum lama ini.
Wartawan menjadi korban pengeroyokan saat meliput kegiatan tim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang melakukan penutupan PT GRS. Tim KLH menutup operasi PT GRS karena diduga melakukan pencemaran lingkungan. Perusahaan tersebut ditutup karena sebelumnya sudah disegel oleh KLH. Namun, penyegelan tidak digubris. Perusahaan itu tetap beroperasi. Akhirnya, Kamis 21 Agustus 2025, tim KLH Kembali mendatangi PT GRS untuk menutup pabrik pengolahan limbah tersebut.
Dalam operasi penutupan itu, KLH mengundang wartawan untuk meliput kegiatan itu. Naas, wartawan dihalang-halangi saat meliput dan berujung pengeroyokan oleh sekuriti PT GRS dan dua oknum Brimob yang ada di lokasi. Puluhan wartawan menggelar demonstrasi ke Mapolda Banten. Mereka turun ke jalan sebagai aksi solidaritas dan mengecam kekerasan kepada wartawan.
Puluhan wartawan dari Pokja Wartawan Harian dan Elektronik Provinsi Banten, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Serang Raya, Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Perwakilan Banten dan Perwakilan Pokja Kabupaten/Kota se-Banten serta elemen aktivis mahasiswa, melakukan orasi di depan Mapolda Banten.
Aksi tersebut diwarnai dengan pembakaran ban bekas, dan orasi oleh berbagai perwakilan dari perkumpulan wartawan. Kemudian aksi ditutup dengan doa bersama dan pelemparan telur busuk ke patung putih Polda Banten. Ketua Pokja Wartawan Harian dan Elektronik Provinsi Banten Deni Saprowi mengecam tindakan yang dilakukan oleh oknum kepolisian, yang seharusnya menjadi pelayan namun malah bertindak sebagai lawan masyarakat.
Maka dari itu, ia meminta kepada Kapolda Banten untuk meminta maaf atas tindakan yang dilakukan oleh oknum anggota Brimob Polda Banten.
“Pertama kita meminta Kapolda Banten menyampaikan permohonan maaf kepada kami melakukan reformasi di tubuh internal polisi,” katanya. Menurutnya, kekerasan yang dilakukan oknum Brimob terhadap wartawan yang sedang melakukan kerja jurnalistik menunjukkan gagalnya reformasi di tubuh Polri.
"Makanya kami juga mendesak Kapolda Banten mengusut tuntas dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku kekerasan, baik itu yang anggota Brimob atau pihak sekuriti perusahaan," terangnya. "Jangan sampai polisi yang harusnya melindungi masyarakat justru menjadi pelaku yang mengintimidasi, bahkan melakukan kekerasan kepada wartawan. Jadi kami mau kasus ini tuntas. Jangan sampai ada lagi kekerasan lagi kepada kawan-kawan kita di lapangan," sambungnya.
Dalam kesempatan itu, pria yang akrab dianggil Saprol berencana akan berkirim surat ke Kapolri dan Dewan Pers bila tuntutannya tidak ditindaklanjuti. "Kalau ini tidak ada tindak lanjut, kami akan segera berkirim surat ke Kapolri dan Dewan Pers agar mereka turun tangan menyelesaikan kasus kekerasan ini," ungkapnya. Salah satu wartawan yang menjadi korban pengeroyokan, Rifki mengatakan, polisi yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayomi masyarakat, namun ini malah mengintimidasi. Padahal wartawan yang jelas-jelas telah dilindungi oleh Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Tidak ada kata damai, saya meminta Polda Banten memberikan sanksi kepada pelaku. Karena selain memukul mereka juga meludahi muka saya," kata Rifki, wartawan Tribun Banten. Ketua IJTI Provinsi Banten Adi Masda mengatakan, kekerasan terhadap wartawan bisa menjadi presenden buruk terhadap kebebasan pers dan masa depan demokrasi. "Kalau pelaku kekerasan terhadap wartawan dibiarkan dan tidak diusut tuntas, kami khawatir akan terus terulang kejadian yang sama, baik itu di Banten atau daerah lain," tuturnya. (mam)
Sumber: