Jangan Anggap Remeh Meme Anomali Untuk Gen Alfa

BERMAIN: Siswa SDN Sukamulya, saat mengikuti kegiatan olahraga dan juga permainan bersama guru mereka di halaman sekolah.(Randy/Tangerang Ekspres)--
CIKUPA — Maraknya meme anomali yang saat ini sedang trend di kalangan gen alfa, sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, meme anomali tersebut bisa menggangu konsentrasi dan fokus anak-anak dalam belajar.
Meme anomali seperti Tung Tung Sahur, banyak di gemari oleh anak usia 4 tahun sampai 10 tahun. Bahkan, meraka lebih hafal nama-nama anomali tersebut di bandingkan pelajaran yang mereka terima di sekolah. Banyak anak-anak tahu dari media sosial Tiktok yang bisa mereka akses.
Menanggapi fenomena tersebut, Kepala SDN Sukamulya I Asep Adang Jauhari mengatakan, maraknya meme anomali yang saat ini sedang trend sangat mengganggu konsentrasi anak-anak, khususnya anak sekolah dasar. Walaupun terlihat lucu, meme tersebut bisa membuat anak-anak menjadi hilang konsentrasi dan fokus. Ini karena meme anomali tersebut bentuknya aneh dan itu bisa menjadi anak-anak gagal fokus.
”Meme anomali ini sangat menggangu fokus anak-anak, untuk itu kita harus bisa mencegahnya. Kalau di sekolah, kami melatih kecepatan berfikir mereka dengan berbagai kegiatan. Tetapi kalau di rumah menjadi tugas orangtua untuk, bisa mencegah dan bukan membiarkan mereka menonton meme anomali tersebut,” ujarnya kepada Tangeramg Ekspres, Selasa (12/8).
Asep menambahkan, pihaknya meminta kepada guru yang ada untuk terus memberikan bimbingan dan kegiatan yang sifatnya bisa membuat konsentrasi siswa bertambah. Walaupun perlahan, tetapi dengan metode para guru yang mengajar bisa di pastikan siswa akan bisa lebih baik dan tidak terpengaruh dengan meme anomali tersebut.
”Coba kita lihat, meme anomali yang beredar seperti bentuk buaya di padukan dengan ban mobil dan memiliki kako, monyet di padukan dengan pisang, ikan hiu di padukan dengan memiliki kaki dan menggunakan sepatu. Bentuk anomali tersebut sangat menggangu konsentrasi dan fokus anak-anak.
”Kita sebagai pengajar, harus meluruskan dan memperbaiki fokus pada siswa. Kita pernah tes beberapa kali, mereka hafal nama karakter anomali tersebut di bandingkan pelajaran yang telah guru mereka berikan. Tentunya, kami akan terus berupaya membuat siswa untuk kembali fokus dalam pelajaran,”paparnya.
Ia menjelaskan, kita tidak bisa melakukan intervensi terlalu dalam, yang jelas saat di sekolah mereka di larang membawa handphone. Dan orangtua juga harus bisa mendukung apa yang menjadi aturan sekolah. Jangan karena anak menangis, orangtua lebih kasihan anaknya menangis Karan tidak membawa handphone.
”Saya harap, orangtua bisa mendukung program dan aturan sekolah. Jika di larang membawa handphone, jangan pernah di kasih karena kasihan. Lebih kasihan, jika anaknya tidak bisa berkembang. Kami melakukan ini karena demi perkembangan anak, maka itu orangtua harus mendukung,”tutupnya.(ran)
Sumber: