Universitas Esa Unggul Berkolaborasi dengan SMPN 229 Jakarta Kembangkan Bahan Ajar Digital Interkultural
Kegiatan PKM Universitas Esa Unggul di SMP N 229 Jakarta.--
JAKARTA, TANGERANGEKSPRES.ID - Globalisasi menuntut sumber daya manusia yang memiliki kompetensi interkultural. Sehingga, memiliki pemahaman terhadap budaya sendiri dan budaya orang lain yang berdampak pada sikap saling menghargai satu sama lain.
Salah satu cara untuk mempersiapkan generasi muda menjadi masyarakat global adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai interkultural ke dalam proses pembelajaran. Pengembangan bahan ajar digital interkultural menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Saat ini pada kurikulum dan materi pembelajaran pada jenjang SMP di Indonesia, yang sudah menggunakan materi ajar digital, dapat memasukkan unsur interkultural di setiap mata pelajaran.
Untuk mendukung pendidikan yang berkualitas dengan kompetensi interkultural pada jenjang SMP, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Desain Komunikasi Visual dan Manajemen, Universitas Esa Unggul melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM). Bentuk kegiatan PKM ini bertujuan untuk membantu guru SMP mengintegrasikan nilai interkultural pada mata pelajaran dimana SMPN 229 Jakarta menjadi contoh untuk dilaksanakannya aktivitas ini.
Kegiatan pengabdian ini didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia tahun 2024 dari bulan Juni hingga Desember 2024. Gunawan Ahmad, M.Pd. selaku kepala SMPN 229 menyambut gembira kegiatan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa yang terdiri atas Dr. Noni Agustina, M.Pd., Dr. Rina Anindita, S.E., M.M., Nuryadi,S.Sos., M.I.Kom., Rizky Achmad, Yacnonias Vigo, Annisa Azis, Eloena Ketsiya, dan Kurnia Karina.
Gunawan Ahmad mengatakan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas dan berdampak pada peningkatan kualitas siswa.
Dr. Noni Agustina, M.Pd. menyampaikan bahwa bahan ajar digital yang dirancang oleh guru-guru SMPN 229 untuk memperkenalkan siswa pada berbagai budaya, nilai, dan perspektif yang berbeda sehingga membentuk siswa menjadi warga negara global.
"Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan mata pelajaran yang diampu oleh masing-masing guru. Namun, memuat konten mata pelajaran itu sendiri yang diintegrasikan dengan budaya siswa dan budaya lain yang mendorong siswa untuk berinteraksi, berkolaborasi dan berpikir kritis tentang isu-isu global," katanya.
Sumber: