Ratusan TPS Pemilu di Lebak Rawan Banjir dan Longsor
Simulasi pemilihan di TPS Baduy yang dilakukan KPU Lebak belum lama ini.-A Fadilah/Tangerang Ekspres-
TANGERANGEKSPRES.ID - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lebak melakukan pemetaan tempat pemungutan suara (TPS) yang rawan bencana banjir dan longsor. Mengingat, pelaksanaan Pencoblosan pada 14 Pebruari 2024 diprediksi masih dalam musim penghujan untuk wilayah Lebak.
Endang Mahdar, Komisioner KPU Kabupaten Lebak mengatakan, dari 3.995 TPS yang tersebar di 345 desa dan kelurahan di 28 kecamatan, ada 99 TPS di antaranya rawan terjadi banjir dan longsor. Hal tersebut dilihat dari pengalaman pemilu atau pilkada sebelumnya.
“Laporan dari pemetaan teman-teman PPK dan PPS, TPS-TPS tersebut rawan banjir dan longsor. Ini berdasarkan dari pengalaman pemilu sebelumnya dan saat kejadian,” kata Endang, kepada Wartawan, Minggu (21/1/2024).
Kata Endang, penentuan lokasi TPS memang mempertimbangkan aksesibilitas agar mudah dijangkau oleh semua orang termasuk kelompok lansia dan disabilitas.
Namun jika mendekati hari pelaksanaan dikhawatirkan banjir atau longsor terjadi di lokasi tersebut, maka TPS bisa dipindahkan ke lokasi yang lebih aman, dengan jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi semula.
“Sejak awal kami sudah mengimbau supaya TPS dekat dengan tempat yang aman karena jika terjadi sesuatu bisa dengan cepat dipindah. Bisa saja dipindahkan sebelum hari pemungutan jika ada potensi akan terjadi banjir atau longsor,” ujar Endang.
Kepala Pelaksana BPBD Lebak Febby Rizki Pratama menyatakan, dari hasil pemetaan yang dilakukan BPBD ada sebanyak 211 titik potensi rawan bencana banjir dan longsor.
“Mapping tidak hanya pada lokasi TPS tetapi juga pada titik akses pergerakan distribusi logistik menuju TPS. Misalnya di wilayah itu pengiriman logistik melewati jembatan dan biasanya jika hujan lebat aliran sungai meluap sampai menyebabkan jembatan tidak bisa dilalui,” papar Febby.
Ratusan titik rawan bencana tersebut dan juga berpotensi terganggunya distribusi logistik pemilu berada di 20 kecamatan.
“Hasil survei teman-teman relawan di daerah-daerah rawan bencana, dan kami buka kembali data 5 tahun lalu untuk memastikannya," tutur dia.
Febby menerangkan, saat rakor bersama pada Desember 2023 lalu, pihaknya menyampaikan bahwa puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada awal bulan Februari 2024.
“Tapi bagaimana prakiraan cuaca pada tanggal pemungutan suara, itu kita belum tahu karena BMKG belem mengeluarkan rilis,” ucapnya.(*)
Sumber: