Tokoh Maulana Hasanuddin Dan Sultan Hasanuddin Bersaudara?
TANGERANGEKSPRES.CO.ID - Sudah bukan rahasia umum lagi jika banyak masyarakat awam yang masih belum memahami tentang dua nama tokoh besar dari Banten dan Makasar ini. Mereka adalah Maulana Hasanuddin (Banten) dan Sultan Hasanuddin (Makasar). Banyak diantara kita yang beranggapan jika dua nama tersebut di atas adalah orang yang sama. Sehingga dalam diskusinya selalu menghubung-hubungkan bahwa Banten dan Makasar adalah saudara kandung. Namun, hal tersebut tidaklah demikian maksudnya. Tokoh Seniman Budayawan Kota Tangsel Agam Pamungkas Lubah mengatakan, jika hubungan kekerabatan tak dapat dinafikan antara kedua kesultanan tersebut. "Memang disamping hubungan politis banyak tokoh-tokoh Kesultanan Gowa Makasar yang menikah dengan putra dan putri dari sultan-sultan Banten di masa lalu. Sebut saja seperti Syech Yusuf al Makasari, Karaeng Bontomaranu, Daeng Mangapa, Karaeng Ali Bisai, I Fatimah Daeng Takontu dan lainnya," ujarnga kepada TANGERANGEKSPRES.CO.ID beberapa waktu lalu. Agam menambahkan, Maulana Hasanuddin adalah penguasa Banten pertama yang dinobatkan oleh ayahandanya sebagai penguasa Banten sejak ekspansi gabungan Demak - Cirebon ke Banten mendulang keberhasilan di tahun 1526. "Maulana Hasanuddin terlahir dari pasangan seorang mufti agama Syech Syarif Hidayatullah dan Nyai Kawunganten pada tahun 1478 M dengan nama Hasanudin dan bergelar Sulthanul-Auliya' wal-'Arifin asy-Syaikh as-Sulthan asy-Syarif Maulana Hasanuddin al-Hasani al-Bantani. Gelar lainnya yang disematkan padanya adalah Pageran Sabakingking," tambahnya. Menurutnya, masa pemerintahan Maulana Hasanuddin berlangsung sejak 1552-1570 M. Ia mendirikan Kesultanan Banten pada tahun 1527 setelah merebut wilayah Banten Girang bersama ayahandanya Syarif Hidayatullah dari Pucuk Umun sang penguasa Banten Girang. Banten Girang kemudian menjadi wilayah Kadipaten yang berada di dalam pengaruh Kesultanan Demak. Pada 1552 Kadipaten Banten diubah menjadi negara bagian Kesultanan Demak dengan tetap mempertahankan Maulana Hasanuddin sebagai Penguasa Wilayah. Ketika Kesultanan Demak runtuh dan diganti Pajang (1568), Maulana Hasanuddin memproklamasikan Banten menjadi negara merdeka, lepas dari pengaruh Kesultanan Demak. Sejak itulah Maulana Hasanuddin naik tahta sebagai Raja Banten pertama dan berkuasa selama delapan belas tahun. Di tangan Maulana Hasanuddin, Banten dikenal sebagai bandar besar yang menjadi persinggahan utama dan penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India dan Cina dengan negara-negara di Nusantara. "Selain itu, Banten juga menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Maulana Hasanuddin kemudian wafat pada 1570 dan dimakamkan di Masjid Agung Banten. Ia juga dikenal sebagai Pangeran Surosowan karena telah mendirikan Keraton Surosowan," jelasnya. Sedangkan Sultan Hasanudin (Makasar) adalah Raja Gowa ke-16. Terlahir dari pasangan Sultan Malikussaid dan I Sabbe Lokmo Daeng Takontu pada 12 Januari 1631. Sultan Hasanuddin terlahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Nama Sultan Hasanuddin sendiri di berikan pada saat dia menduduki tahta kerajaan Gowa. Setelah menaiki takhta, ia diberi gelar Sultan Hasanuddin, dan setelah meninggal ia digelar Tumenanga Ri Balla Pangkana. "Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur," ungkapnya. Menurutnya, masa pemerintahan Sultan Hasanuddin berlangsung sejak 1653-1669 M. Pada 1660, VOC menyerang Makassar, tetapi belum berhasil menundukkan Kesultanan Gowa. Tahun 1667, VOC di bawah pimpinan Cornelis Speelman bersama sekutunya kembali menyerang Makassar. Pertempuran berlangsung sengit di mana-mana, hingga pada akhirnya Kesultanan Gowa terdesak dan dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667 di Bongaya. Gowa yang merasa dirugikan, mengadakan perlawanan kembali. Pertempuran kembali pecah pada Tahun 1669. Namun kompeni berhasil menguasai benteng terkuat Gowa yakni Benteng Somba Opu pada tanggal 24 Juni 1669. "Dengan demikian berakhirlah sudah imperium Kesultanan Gowa Talo di Makasar. Sultan Hasanuddin kemudian wafat pada 12 Juni 1670 di usia 39 tahun karena penyakit ari-ari yang dideritanya sejak lama," tuturnya. Pria yang juga menjadi Ketua Dinas Kebudayaan Pariwisata Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Kota Tangsel ini mengatakan, dengan melihat catatan diatas dapat disimpulkan bahwa antara nama Maulana Hasanuddin (Banten) dan Sultan Hasanuddin (Makasar) adalah dua nama yang berbeda yang hidup di jaman yang berbeda pula. "Maulana Hasanuddin Banten bertahta di Banten sejak 1552-1570 M dan meninggal di usia 92 tahun, sedangkan Sultan Hasanuddin Makasar bertahta di Gowa Talo Makasar sejak 1653-1669 M dan meninggal di usia 39 tahun," tutupnya. (*) Reporter : Tri Budi Editor : Andy
Sumber: