Disdik Siap Merger SDN Kurang Murid
Sebanyak 32 dari total 114 sekolah dasar negeri (SDN) Kota Kediri masih kekurangan murid. Bahkan ada dua sekolah yang siswanya tidak lebih dari 10 anak saja. Padahal, masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) telah selesai. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Kediri Siswanto menjelaskan bahwa untuk SD tidak bisa diperlakukan sama dengan SMP maupun SMA. Pasalnya, keberadaan SD untuk mengakomodasi siswa usia sekolah dasar untuk bisa belajar di dekat rumahnya. Sedangkan SMP dan SMA selama ini lebih pada kualitas dan nama besar sekolah tersebut. Sehingga SMP dan SMA tertentu kerap dipadati siswa yang bukan berasal dari lingkungan sekitar sekolah tersebut. “Jadi kalau SD sepi atau rame itu dikarenakan anak usia SD di sekitar sekolah tersebut memang segitu,” terang Siswanto kepada Jawa Pos Radar Kediri. Ada kelurahan yang wilayahnya luas, sehingga satu sekolah tidak cukup menampung semua anak usia SD di kelurahan tersebut. Makanya ada tiga sampai empat SDN di kelurahan tertentu. Seperti di Kelurahan Banjaran, Sukorame, atau Burengan. “Bahkan di Kelurahan Ngronggo ada delapan SDN dan semuanya relatif penuh,” tambahnya. Namun Siswanto tidak memungkiri ada kelurahan yang justru angka anak usia SD berkurang. Makanya jika dulu ada lima sekolah kini terus berkurang dan ditutup hingga hanya berjumlah dua sampai tiga sekolah saja. Seperti saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SDN, awal Juli lalu. Setidaknya ada dua sekolah yang jumlah pendaftarnya sangat sedikit. Itu di SDN Kampungdalem 5 dan SDN Semampir 2. Pendaftarnya sekitar 5-6 siswa saja. Di SDN Tempurejo sebenarnya akan buka dua kelas dengan total siswa 56 anak. Namun ternyata hanya terisi satu kelas. Sehingga rencana dua kelas dibatalkan. Atas kondisi tersebut, Siswanto menyatakan, semua sekolah tetap bisa menjalankan kegiatan pembelajaran. “Baru akan kita evaluasi untuk PPDB tahun depan,” ujarnya. Sekolah yang dinyatakan tidak efektif pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar adalah yang hanya memiliki siswa kurang dari 20 anak dari total jumlah siswa maksimal 28 anak per kelas. Makanya sekolah-sekolah yang bahkan jauh di bawah itu harus siap-siap di-merger. “Penggabungan sekolah-sekolah yang sepi peminat itu untuk mengefektifkan pelaksanaan pendidikan termasuk penganggaran di Kota Kediri,” jelasnya. Melihat fluktuasi siswa SDN, Siswanto menyebut, tidak akan gegabah melakukan penutupan. Disdik akan melakukan monitoring selama tiga tahun untuk memutuskan apakah sekolah tersebut tetap dipertahankan atau lebih baik digabung. “Seperti SDN Semampir 2 dan SDN Kampungdalem 5 sudah lama sepi peminat maka sekolah yang bersangkutan harus mau menerima kebijakan,” tegasnya kepada wartawan koran ini. Lalu bagaimana dengan kondisi SDN Kemasan yang tahun ini sudah tidak lagi dibuka pendaftaran? Menurut Siswanto, pihaknya sudah mengalokasikan guru dan kepala sekolahnya ke sekolah lain yang membutuhkan. Makanya para guru di sekolah yang sepi nantinya tidak perlu risau. “Pasti akan kita carikan sekolah lain yang membutuhkan karena memang jumlah guru saat ini terus berkurang karena ada moratorium,” pungkasnya. m(rk/dna/die/JPR)
Sumber: