Pemkot Tangsel Fokus ke Kelurahan untuk Turunkan Angka Stunting

Pemkot Tangsel Fokus ke Kelurahan untuk Turunkan Angka Stunting

CIPUTAT,tangerangekspres.co.id-Pemkot Tangsel terus menggenjot penurunan dan penanganan angka kasus stunting. Salah satunya dengan menambah lokus penanganan stunting di kelurahan. Hal tersebut diketahui saat Rembuk stunting Kota Tangsel di Aula Blandongan Balai Kota, Ciputat, Kamis (7/7). Dalam acara tersebut juga dilakukan komitmen bersama dalam upaya pencegahan dan penurunan stunting Kota Tangsel. Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia pada Bappelitbangda Kota Tangsel Yusuf Ismail mengatakan, perkembangan penanganan stunting di Kota Tangsel 2021 berdasarkan survei SSGI angka prevalensi stunting mengalami kenaikan sebanyak 4,51 point dari 15,39 persen pada 2019 menjadi 19,9 persen pada 2021. "Berdasarkan data by name by address melalui aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (LPPGBM) ternyata kenaikan prevalensi stunting tersebut terjadi pada keluaran diluar lokus prioritas penanganan stunting," ujarnya, Kamis (7/7). Yusuf menambahkan, adapun upaya yang dilakukan untuk menindaklanjuti kenaikan angka stunting tersebut adalah dengan penambah jumlah kelurahan yang menjadi lokus penanganan stunting. Yang tadinya 10 kelurahan pada 2021 dan 2022 menjadi 19 kelurahan pada 2023. "Selain menambah jumlah locus pada 2023, juga dilakukan penguatan upaya pencegahan munculnya kasus stunting baru," tambahnya. Masih menurutnya, Kota Tangsel sudah membentuk tim percepatan penurunan stunting tingkat kota yang diketuai Wakil Wali Kota Tangsel dan sampai tingkat kelurahan. Juga dibentuk tim pendampingan keluarga jumlahnya 3.129 orang, terdiri dari tenaga medis, kader kesehatan dan lainnya. "Dengan adanya tim percepatan maka diharapkan dapat mendukung pencapaian penurunan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024 sebagai mana target RPJMN dan RPJMD Kota Tangsel," jelasnya. Yusuf mengungkapkan, rembuk stunting dilakukan untuk menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi di Tangsel. Mendeklarasikan komitmen Pemkot dan menyepakati rencana kegiatan interprensi penurunan angka stunting terintegrasi 2023. "Juga membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan strunting secara terintergrasi di Tangsel," tutupnya. Sementara itu, Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, permasalahan pembangunan yang kompleks membutuhkan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan untuk menghadapinya, salah satu yang membutuhkan perhatian kita bersama adalah masalah stunting. "Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang. Penurunan dan pencegahan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan," ujarnya. Pria yang biasa disapa Pak Ben ini menambahkan, stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal itu tentu berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit tidak menular degeneratif. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis seperti hypertensi, diabetes, jantung coroner dan penyakit degenerative lainnya di masa dewasanya. Selain itu stunting juga menyebabkan proporsi belanja pemerintah dalam bidang kesehatan menjadi meningkat sebagai akibat tingginya angka kesakitan. Penanganan stunting merupakan investasi pembangunan jangka panjang bidang SDM. Dimana stunting disebabkan oleh faktor multidimensi yang dalam penanganannya memerlukan peran dari berbagai lintas sektoral. "Oleh karena itu diperlukan konvergensi program dan kegiatan yang saling bersinergi dan terintegrasi dalam penurunan dan pencegahan stunting baik oleh pemerintah, sektor non pemerintah dan masyarakat," tambahnya. Menurutnya, sebagai komitmen dan upaya dalam melakukan percepatan pencegahan dan penurunan stunting, pihaknya melaksanakan 8 aksi percepatan pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi. Yakni, melakukan identifikasi sebaran stunting, ketersediaan program, dan kendala dalam pelaksanaan integrasi intervensi. "Aksi pertama ini telah dilaksanakan dan ditetapkan 19 kelurahan sebagai lokus prioritas penanganan stunting melalui keputusan wali kota nomor:050/kep.174-huk/2022 tentang kelurahan lokasi prioritas pencegahan dan penurunan stunting 2023 yaitu Kelurahan Serpong, Paku Jaya, Bakti Jaya, Kademangan, Pondok Benda, Pamulang Timur, Pondok Cabe Ilir, Benda Baru, Serua, Jombang, Pondok Ranji, Cempaka Putih, Rempoa, Pisangan, Pondok Kacang Timur, Pondok Betung, Pondok Karya, Perigi Baru dan Pondok Aren," jelasnya. Kemudian menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi. Aksi kedua ini telah dilaksanakan dan menghasilkan rancangan rencana program dan kegiatan intervensi yang terintegrasi. Rembuk stunting yang merupakan langkah lanjutan untuk mengkonfirmasi, menerima masukan lebih lanjut, menyepakati dan memberikan komitmen terhadap percepatan pencegahan dan penurunan stunting di Kota Tangsel. Aksi kelima adalah memberikan kepastian hukum bagi kelurahan untuk menjalankan peran dan kewenangan kelurahan dalam intervensi gizi terintegrasi. Kelima memastikan tersedianya dan berfungsinya kader yang membantu pemerintah kelurahan dalam pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi di tingkat kelurahan. Meningkatkan sistem pengelolaan data stunting dan cakupan intervensi di tingkat kota, melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan publikasi angka stunting kabupaten atau kota. "Terakhir melakukan review kinerja pelaksanaan program dan kegiatan terkait penurunan stunting selama satu tahun terakhir," ungkapnya. Mantan Wakil Wali Kota Tangsel dua periode ini mengucapkan terimakasih atas kehadiran peserta rembuk. Melalui rembuk stunting diharapkan dapat memperkokoh komitmen bersama dalam upaya menanggulangi isu stunting di Kota Tangsel. "Semoga dengan bergandengan tangan yang lebih erat antara kita semua, diharapkan upaya-upaya yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga prevalensi stunting pada 2021 yang menurut survey status gizi indonesia (SSGI) sebesar 19,9 persen dapat diturunkan sampai 2024 pada angka 14 persen sebagaimana target RPPMD dan target nasional," tuturnya. "Pada 2021 kita sudah menyelenggarakan 8 aksi konvergensi stunting dan semoga pelaksanaan kegiatan 2022 sebagai upaya penurunan angka stunting 2022 dapat tercapai dengan baik," tutupnya. (bud)

Sumber: